Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Aspek Tujuan Pendidikan dan Kebangkitan Islam di Nusantara

Aspek Tujuan Pendidikan dan Kebangkitan Islam di Nusantara *Catatan lama, semoga bermanfaat Beberapa waktu lalu (16 April 2017 ), saya mendengarkan diskusi yg disampaikan seorang pakar pendidikan Indonesia yang holistik, Pak Munif Chatib . Amat beruntung Indonesia memiliki seorang pakar pendidikan seperti beliau. Saya berandai-andai, kiranya beliau dalam waktu dekat diangkat jadi menteri Pendidikan, insyaallah akan memberikan kontribusi yang sangat besar. Saya mendengarkan paparan beliau dan amat miris dan sedih mendapati kenyataan yang beliau sampaikan, meskipun kita harus yakin, tetap optimis pada potensi luar biasa yang kita miliki. Kurang-lebih demikian: Menurut ilmu pendidikan, ada 3 obyek dan ukuran pendidikan. Secara berurutan dari yang paling penting adalah sbb: 1. Afektif,  yaitu respon / respek / sikap (moral). Pendidikan dikatakan berhasil bisa afektif anak didik baik. 2. Psikomotorik,  yaitu hasil kerja (karya). 3. Kognitif,  yaitu pengetahuan. Hampir seluruh pengamat pendi

BAGAIMANA ORANG ISLAM MENGENAL BIG BANG BUKAN LEDAKAN

BAGAIMANA ORANG ISLAM MENGENAL BIG BANG BUKAN LEDAKAN Salah satu nikmat yang dimiliki orang Islam adalah dalam hal ilmu pengetahuan. Bagi sebagian nonmuslim, untuk sampai pada tingkat memahami ilmu pengetahuan, ia harus berusaha terlebih dahulu melewati berbagai tahapan usaha. Mulai dari mengumpulkan data, menganalisa hingga upaya yang melelahkan pada detil-detil terlebih dahulu. Setelah itu semua dilewati, baru ia sampai pada kesimpulan: paham, mengerti.  Itupun jika tidak terdapat distorsi dan kekeliruan data dan analisis. Berbeda dengan sebagian besar orang Islam. Di mana orang islam: paham dahulu, detil bisa menyusul belakangan . Mengapa demikian ? Izinkan saya berbagi pengalaman. Beberapa waktu lalu, saya membaca update  (sebetulnya juga sudah lama) NASA soal big bang , di antaranya: 1. Bahwa sebenarnya, big bang itu "bukan ledakan". Bahkan tidak ada yang meledak. Tapi, merupakan munculnya "ruang secara tiba-tiba lalu mengembang, dengan laju yang luar biasa" 2.

Sejatinya Mencintai Nabi Muhammad SAW

Secara bahasa, cinta ( حب ) berarti merayap, merangkak dan tumbuh. Biji tanaman atau benih disebut ( حبة ) terambil dari akar kata yang sama.  Dari sebuah benda kecil ini, akan bergerak, merayap dan tumbuh menjadi besar. Sebaliknya, benci ( كره ) berarti menahan paksa, muak, jijik, mengekang paksa. Yang pertama, melepaskan gerak dan tumbuh menjadi semakin besar, disertai rasa gembira . Sedang yang ke-2 mengekang paksa disertai rasa jijik dan muak . Kecintaan pada sesuatu, akan mengantarkan pelakunya, bergerak menuju yang dicintainya dan bergabung dengannya . Tidak hanya linear, tapi eksponensial. Semakin banyak dan semakin banyak. Seperti benih yang membesar, meninggi dan menjadi lebih banyak (batang, daun, cabang, tangkai dst). Nabi SAW bersabda, ( المرأ مع من أحب ), "seorang akan bersama (bergabung) dengan yang dicintainya". Sebaliknya, rasa benci akan men-jarak-kan pemiliknya dari sesuatu yang ia benci. Tak hanya berjarak, ia menghalang paksa dirinya dan berupaya menjauh

Follower

Cari Blog Ini