Langsung ke konten utama

Aspek Tujuan Pendidikan dan Kebangkitan Islam di Nusantara

Aspek Tujuan Pendidikan dan Kebangkitan Islam di Nusantara

*Catatan lama, semoga bermanfaat


Beberapa waktu lalu (16 April 2017), saya mendengarkan diskusi yg disampaikan seorang pakar pendidikan Indonesia yang holistik, Pak Munif Chatib. Amat beruntung Indonesia memiliki seorang pakar pendidikan seperti beliau.


Saya berandai-andai, kiranya beliau dalam waktu dekat diangkat jadi menteri Pendidikan, insyaallah akan memberikan kontribusi yang sangat besar.

Saya mendengarkan paparan beliau dan amat miris dan sedih mendapati kenyataan yang beliau sampaikan, meskipun kita harus yakin, tetap optimis pada potensi luar biasa yang kita miliki.


Kurang-lebih demikian:

Menurut ilmu pendidikan, ada 3 obyek dan ukuran pendidikan. Secara berurutan dari yang paling penting adalah sbb:
1. Afektif, yaitu respon / respek / sikap (moral). Pendidikan dikatakan berhasil bisa afektif anak didik baik.
2. Psikomotorik, yaitu hasil kerja (karya).
3. Kognitif, yaitu pengetahuan.

Hampir seluruh pengamat pendidikan menilai bahwa kekurangan pendidikan Indonesia adalah sangat kognitif minded. "Gilaorientasi pengetahuan. Bahkan kebanyakan orang tua hanya bangga bila anaknya pintar dan berhasil diukur dari sisi ini - kognitif.

Padahal yang lebih utama dari pendidikan adalah afektif (moral), selanjutnya psikomotorik (karya yang bermanfaat), baru terakhir adalah kognitif (pengetahuan).

Sekarang mari kita lihat, ketiga ukuran ini, untuk negara kita, Indonesia dibanding negara lain.

Ukuran kognitif di suatu negara adalah persentase jurnal ilmiah dari anggota perguruan tinggi.

Amerika dianggap memiliki skor kognitif yang tinggi, di mana indeks jurnal adalah 20%. Artinya, 20% dari anggota perguruan tinggi menghasilkan jurnal ilmiah.

Singapore memiliki skor rendah dengan indeks 1 koma sekian.

Berapa Indonesia? 0,012%. Menangislah.…😨

Sekarang Psikomotorik. Ukuran karya di suatu negara adalah jumlah property right, yang meliputi hak paten, hak cipta dan hak merek.

Pada tahun penelitian 2011 hingga 2013, jumlah property right di Tiongkok adalah 84.000. Singapura kalau tidak salah ada di kisaran seribu.

Berapa Indonesia? Cuma 6.
Menangis lagi.....

Sekarang Afektif. Ukuran Sikap / perilaku / moral diukur dari jumlah perilaku negatif. Dan segmen yang diukur adalah pejabat / pemimpin di suatu negara. Perilaku negatif yang buruk yang dianggap paling merugikan adalah korupsi.

Dan... pada periode penelitian, Indonesia masuk dalam peringkat korupsi tertinggi se-Asia Pasifik. Menangislah lagi...

Sekarang mari kita lihat indeks sumberdaya manusia (SDM). 
Indonesia masuk dalam peringkat seratus sekian dari 180 negara, sehingga kita masih menjadi negara berkembang. Negara ketiga bung...

Suatu kajian ekonomi mengatakan bahwa, bila suatu negara memiliki 2 hal, maka seharusnya akan menjadi negara maju, apa itu : 
- Jumlah penduduk yang besar.
- Sumber daya alam (SDA) yang besar.

Sederhananya, penduduk yang cukup besar tersebut akan mampu mengelola sendiri kekayaan alamnya, sehingga menjadi negara maju.

Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia memiliki jumlah penduduk nomor 4 terbesar di Dunia.

Demikian pula dalam hal SDA, Indonesia adalah peringkat nomor 1. Negara dengan sumber daya alam terbesar di dunia, baik SDA hayati, mineral, migas dan lainnya.

Dewasa ini, ada 3 SDA yang saat ini paling dicari di dunia: Uranium, Titanium dan Thorium. Semuanya, terbanyak ada di Indonesia.

Ayo menangis beramai-ramai....


Kita memiliki segala yang dibutuhkan untuk bangkit dan jadi nomor satu di Dunia, tapi kita terlempar jauh dari peradaban???

Kita punya banyak manusia unggul. Mereka yang banyak berkarya, justru "parkirnya" di luar negeri.

Ketika mereka ditarik supaya parkir di dalam negeri, sistem di Negeri ini menghambat potensi itu. Sebut saja contoh pesawat Indonesia dan Habibie.

Bahkan dari potensi pengembangan sejak kanak-kanak, Indonesia memiliki 400 macam permainan anak-anak jauh di atas Korea Selatan yang memiliki 80 permainan anak-anak.

Saya rasa memang sistem politik yang kita pakai tidak sesuai dg jati diri kita, sebagai bangsa yang: gotong royong, teposeliro, dan lain sebagainya.

Sistem politik itu adalah sistem besar yang menopang sistem-sistem lainnya. 
Sistem lainnya berada di atasnya, menjadi sub-sistem dan tergantung pada sistem politik negara.

Sistem ini yang mengakibatkan kita kehilangan visi dan misi. Bahkan rencana pembangunan kita cenderung kacau. Silabus pendidikan pun demikian, dan lain sebagainya.

PR besar bagi bangsa Indonesia: menemukan sistem politik yang sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa.

Kita yakin, bahwa pada saatnya, potensi hebat kita akan tersusun dengan baik dan mencetuskan kebangkitan bangsa indonesia di kancah dunia, terutama Islam di Nusantara.

Hal itu bukan impian baru buat kita, lantaran sudah tersimpan dan telah pula dinyatakan oleh banyak sekali tokoh-tokoh Nusantara dan tokoh-tokoh dunia.

Bahkan kitab-kitab klasik Nusantara dan Islam juga memuat hal itu.

Tapi, kebangkitan tidak akan terjadi bila syarat dan rukunnya tidak terpenuhi.

Di mana syarat utama adalah sistem politik yang sesuai dg fitrah dan karakter bangsa Indonesia, sebagaimana disebutkan di atas.

Mari perbaiki akhlak dan adab kita, baik pribadi, keluarga, hingga lingkungan sosial dan masyarakat. Termasuk pada akhirnya adalah perbaiki sistem politik kita.

Mari bangun suasana kondusif dan jadilah elemen kebangkitan Islam di Nusantara.



Wallahu a'lam.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Usia Nabi Ismail AS ketika peristiwa penyembelihan

Usia Nabi Ismail Saat Peristiwa Penyembelihan Oleh : Almar Yahya Cukup banyak pendapat yang menyatakan bahwa usia Nabi Ismail saat peristiwa penyembelihan pada kisaran 6-7 tahun. Penuturan kisah ini senantiasa diulang sepanjang masa karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah qurban setiap bulan Dzul Hijjah. Dari kisah ini dapat digali banyak sekali hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kehidupan manusia baik aspek pendidikan, kemanusiaan, filsafat, spiritual dan lain sebagainya. Namun, apakah benar kisaran usia tersebut?  Kami berpendapat bahwa ketika itu usia (nabi) Ismail As telah sampai pada usia baligh (mencapai kisaran usia 14-15 tahun) dan masuk pada fase ke-3 masa pendidikan anak ( 15 - 21). Kita akan sedikit menggali dari kisah yang disampaikan Allah SWT dalam Alquran, surat Asshofat. Mari kita perhatikan surat Asshofat ayat 102 sbb : فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَر

Follower

Cari Blog Ini