Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Apa Perbedaan Akhlak dan Adab?

Siapakah orang yang tidak berakhlak ? Mampukah kita menjawab itu?, Apa Kriterianya? ------------ Sebagian kita ada yang bertanya tanya, apa itu akhlak dan apa itu adab?. Di antaranya ada yang menganggap bahwa akhlak dan adab adalah sama saja, hanya berbeda istilah. Sebagian lagi menganggap bahwa keduanya adalah tingkatan, di mana adab lebih tinggi daripada akhlak. Ada pula yang beranggapan bahwa adab hanya pemanis saja terhadap hubungan antar manusia, namun tidak ada kaitannya dengan akhlak. Mereka beranggapan bahwa adab tidak terkait dengan amal, hukum dan kewajiban manusia. Sehingga menganggap adab tidak dihukumi pahala atau dosa. Kami akan coba telaah pembahasan ini melalui sebuah hadits Nabi SAW berikut: إنما بعثت لأتمٌم مكارم الاخلاق... Sesungguhnya, (tujuan) aku diutus, adalah (hanya) untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq. (HR. Bukhari, al-Hakim, Ahmad). Mari kita lihat satu demi satu. A. AKHLAK Akhlak adalah pemenuhan kewajiban  manusia, di mana pokok akhlaq meliputi 3 aspek, ya

BERBUKA PUASA MENUNGGU GELAP?

Bismillah, Dalam Al-Qur'an terdapat ketetapan sederhana mengenai hari, bahwa 1 hari memiliki 2 bagian : 1 bagian malam (ليل) dan 1 bagian siang (نهار) . Allah SWT berfirman: وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَۖ كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya". (Al-Anbiya 21:33) Batas mulai malam adalah batas berakhirnya siang, yaitu terbenam matahari . Demikian pula batas mulai siang adalah batas berakhirnya malam, yaitu terbit matahari . Dalam kalender Islam, sesuai Al-Qur'an, ketika matahari terbenam, maka berakhirlah hari itu dan berganti hari baru, tanggal baru. Ini adalah kaidah  yang sederhana, tapi amat penting. Bisa terjadi kekacauan hukum fiqih, bila tidak memahami kaidah ini. AWAL BULAN PUASA Sesuai Al-Qur'an, dimulainya bulan Ramadhan adalah ketika berakhirnya hari terakhir bulan Sya'ban . Firman Allah: فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ

Pujian Rasulullah SAW pada Abu Bakar RA dan Ali RA

 Sabda Nabi SAW: "لا يعرف الفضل لأهل الفضل إلاّ ذوو الفضل" "Tidaklah mengetahui keutamaan yang dimiliki oleh orang yang utama, kecuali dia juga seorang yang memiliki keutamaan ". Kalimat di atas diucapkan oleh Rasulullah SAW pada suatu hari, ditujukan pada dua orang sekaligus. Bagaimana ceritanya? Pada suatu hari, Rasulullah SAW berada di masjid beliau yang penuh sesak oleh para sahabat. Mereka semua berupaya mendekat pada Nabi SAW yang sedang menyampaikan risalah agama. Di samping Rasulullah SAW adalah Abu Bakar Ra . Dalam keadaan demikian, datanglah Ali bin Abu Thalib Kw  memasuki masjid dan berupaya mencari tempat kosong untuk duduk dan bergabung mendengar dari Rasulullah Saw. Melihat itu, Abu Bakar Ra bergeser sedikit demi sedikit menjauhi Nabi, membuat ruang kosong antara beliau dengan Nabi Saw, lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada Ali Kw, supaya duduk di antara Rasulullah Saw dan dirinya. Melihat itu, Rasulullah tersenyum senang dan mengucapkan ka

Benarkah Penciptaan Eksistensial Hanya Satu Kali ?

Benarkah Penciptaan Eksistensial Hanya Satu Kali ? Bismillahirrahmanirrahim, Allah SWT berfirman dalam Al-Kitab, surat As-Saffat 37:96: وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” Ada yang bertanya, setelah hari akhir, setelah setiap makhluk mukallaf 1)   sudah masuk ke dalam surga dan neraka, apakah Allah SWT masih menciptakan, ataukah sudah berhenti menciptakan? Sebagian orang beranggapan bahwa ciptaan Allah SWT  yang bersifat eksistensial  itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada saat penciptaan makhluk. Mereka menganggap, setelah itu tidak ada lagi penciptaan eksistensial, namun hanya berupa penjagaan Allah SWT, hingga waktunya, hak eksistensial itu diambil kembali oleh-Nya. Ini anggapan yg total keliru . Manusia, umpamanya, -dianggap- diciptakan secara eksistensial saat penciptaan Adam AS dan Hawa atau saat penciptaan di rahim ibu. Lalu selebihnya, Allah SWT hanya menjaga kehidupan hingga manusia yang bersangkutan mati. Demikian p

BELAJAR MENGENAL TUHAN DARI TIONGKOK

BELAJAR MENGENAL TUHAN DARI TIONGKOK Tidak ada kata "Tuhan" secara literal dalam kamus China. Apakah ini benar ? Di dalam kamus ada kata "Dao" ( 道), tetapi makna harfiahnya adalah jalan atau cara hidup. Kata ini dipakai untuk merujuk ajaran Daoisme (Taoisme). Ada juga kata "Shen" (神) yang bisa diartikan Dewa. Tapi maknanya cenderung mencakup sifat dongeng dan hayalan. Yang lain adalah kata "Shangdi" ( 上帝 ) yang mirip dengan kata sebelumnya, berarti dewa tertinggi. Namun juga bisa dimakanai sebagai kaisar atau raja. Kata yg paling mendekati makna tuhan dalam literatur China saat ini adalah kata "Tian" (天), yg secara bahasa berarti surga, langit dan tempat yang tinggi. Kesemuanya menunjukkan makna benda, materialistik, meskipun abstrak, tetapi cenderung kosong dari makna ruhani. Rasanya hampir-hampir tidak mungkin bagi bangsa sebesar China, tidak mengenal Tuhan meskipun hanya secara leksikal, mengingat lamanya usia-bangsa dan luasnya perg

Penjelasan Nash: Dzuriyat Nabi Adalah Ahlul Bait

Bismillahirrahmanirrahim, Sesuai pendapat kesepakatan ulama ahlussunnah wal jama'ah, zuriyah Nabi saw adalah termasuk ahlulbait menurut Alquran dan Al-Sunnah, dengan penjelasan sbb: 1. Kaidah dasar Al-Qur'an bahwa  Al-Qur'an menggunakan bahasa arab. Dalam surat Fushilat 41:3, dijelaskan sbb:                                                   کِتٰبٌ فُصِّلَتۡ اٰیٰتُہٗ قُرۡاٰنًا عَرَبِیًّا لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ "Kitab (Al-Quran) yang diterangkan ayat-ayatnya berupa bacaan berbahasa arab untuk kaum yang mengetahui " Sesuai kaidah ilmu Alquran, setiap kata yg digunakan Alquran, akan mencakup dan sesuai maknanya dalam bahasa arab,  kecuali bila  terdapat pengecualian atau dijelaskan berbeda oleh nash. Demikian pula kata dzuriyat dan kata alhlulbait dalam Al-Qur'an. Menurut bahasa, dzuriyat berarti keturunan. Baik berupa: anak, anak dari anak, anak dari cucu, anak dari cicit, dan seterusnya. Secara bahasa pula, ahlulbait mencakup istri dan dzuriyat . Maka, apabil

Dzuriyat Nabi adalah Ahlil Bait, Bolehkah Membenci ?

*Tulisan ini berdasarkan pemahaman mayoritas kaum muslimin ahlussunnah wal jamaah. Kami heran, dengan sebagian kecil kaum muslimin yg membenci  sebagian dzuriyat Nabi dengan alasan "terdapat perilaku yg kurang baik" . Berbagai alasan dikemukakan untuk membenarkan sikap keliru tersebut. Seolah-olah, dzuriyat yang berperilaku buruk bukan dzuriyat Nabi, bukan ahlulbait. Ketahuilah, bahwa semua istri Nabi dan semua dzuriyat Nabi yang bersambung nasab dengan Nabi SAW adalah termasuk ahlulbait  Nabi SAW. Ketahuilah bahwa, bahkan perbuatan maksiat tidak memutus nasab  dan tidak mengeluarkan yang bersangkutan dari ahlulbait. Sesungguhnya,  nasab hanya terputus oleh kafir dan murtad . Ketahuilah, bahwa kepada ahlulbait Nabi Saw terdapat kewajiban yang dibebankan atas setiap muslim, yaitu kewajiban untuk mencintai  mereka. Ketahuilah, bahwa kewajiban ini tidak hilang, meskipun  terdapat di antara mereka yang masih berbuat maksiat. Apakah kita akan mengikuti kelompok-kelompok yang memil

Follower

Cari Blog Ini