Langsung ke konten utama

Penjelasan Nash: Dzuriyat Nabi Adalah Ahlul Bait

Bismillahirrahmanirrahim,


Sesuai pendapat kesepakatan ulama ahlussunnah wal jama'ah, zuriyah Nabi saw adalah termasuk ahlulbait menurut Alquran dan Al-Sunnah, dengan penjelasan sbb:

1. Kaidah dasar Al-Qur'an bahwa 
Al-Qur'an menggunakan bahasa arab.

Dalam surat Fushilat 41:3, dijelaskan sbb: 

                                                 کِتٰبٌ فُصِّلَتۡ اٰیٰتُہٗ قُرۡاٰنًا عَرَبِیًّا لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ

"Kitab (Al-Quran) yang diterangkan ayat-ayatnya berupa bacaan berbahasa arab untuk kaum yang mengetahui"

Sesuai kaidah ilmu Alquran, setiap kata yg digunakan Alquran, akan mencakup dan sesuai maknanya dalam bahasa arab,  kecuali bila terdapat pengecualian atau dijelaskan berbeda oleh nash.

Demikian pula kata dzuriyat dan kata alhlulbait dalam Al-Qur'an. Menurut bahasa, dzuriyat berarti keturunan. Baik berupa: anak, anak dari anak, anak dari cucu, anak dari cicit, dan seterusnya.

Secara bahasa pula, ahlulbait mencakup istri dan dzuriyat. Maka, apabila tidak dijelaskan berbeda, setiap kata ahlulbait akan mencakup makna tersebut (mencakup bukan membatasi, tetapi mengakomodasi).

Dzuriyat tidak terputus karena perbuatan maksiat, sebab dzuriyat berdasarkan nasab dan nasab tidak terputus, kecuali karena 2 alasan:
- Dilahirkan dari pernikahan yg tidak sah menurut syariat.
- Tidak beriman pada Allah SWT (kafir / murtad).


2. Makna dzuriyat dalam ahlulbait mencakup pula anak-anak yang belum lahir.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, pada surat Hud 73:

(قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۖ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ ۚ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ)
[Surat Hud 73]

"Mereka (malaikat) berkata, apakah kamu (orang kedua tunggal feminim) heran terhadap sebagian urusan Allah, semoga rahmat Allah dan berkahNya atas kalian (orang kedua jamak), wahai ahlulbait, sesungguhnya Allah Mahaterpuji lagi Mahamulia".

Kalimat ini diucapkan oleh malaikat, atas keheranan Siti Sarah (istri Nabi Ibrahim as) bahwa Allah Swt memberi kabar gembira akan lahirnya Ishaq (anak) dan Ya'qub (anak dari anak), sebagaimana ayat sebelumnya:

(وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ)
[Surat Hud 71]

"Dan istrinya (Siti Sarah) berdiri (dekat dengannya), maka ia tertawa, maka kami beri dia kabar gembira dengan (akan lahirnya) Ishaq dan setelah Ishaq (nantinya akan lahir) Ya'qub".

Perhatikan bahwa, Alquran konsisten dg makna, bahwa dzuriyat (meskipun belum lahir) tetap dimasukkan dalam makna ahlulbait tersebut, yang dalam ayat di atas, mencakup dzuriyat Ibrahim AS yaitu Ishaq dan Ya'kub AS yang saat itu belum lahir.

Apabila ada yang beranggapan, bahwa dzuriyat hanya berlaku pada keturunan yang jauh, tetapi tidak termasuk anak, maka sekarang perhatikan ayat berikut:


3. Surat Ibrahim 37:

(رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ)
[Surat Ibrahim 37]

"(Nabi Ibrahim AS berdoa) wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah tempatkan sebagian dari dzuriyatku di lembah (yang gersang ini) yang tiada tumbuhan... dst hingga akhr ayat"

Doa tersebut diucapkan Nabi Ibrahim as, ketika beliau menempatkan Ibunda Hajar dan putranya, Ismail as.

Dan, sekali lagi, secara konsisten, Alquran menggunakan kata dzuriyat, pada seorang anaknya, dengan garis bawah, meskipun baru satu anaknya yang sudah lahir.

Kesepakatan ahli sejarah, termasuk dalam Kristen dan Yahudi, bahwa Ismail AS adalah anak sulung Nabi Ibrahim AS. Sehingga tidak ada perselisihan pendapat bahwa, yang dimaksud adalah Ismail AS, yang saat itu adalah anak satu-satunya, karena Ishaq as belum lahir.


4. Ahlulbait Nabi adalah yang mendapat sholawat khusus bersama Nabi.

Salah satu nash sholawat yang sahih menyebutkan dzuriyat.

Shohih Bukhari:
الجزء رقم :4، الصفحة رقم:146

3369 حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ ، أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ ، أَخْبَرَنِي أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " قُولُوا : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ".

"..Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bersholawat kepadamu? Rasulullah menjawab, katakan: Allahumma sholli ala muhammad wa azwajihi wa dzuriyatihi, kama shollaita ala aali Ibrohim, wa baarik ala Muhammad wa azwajihi wa dzuriyatihi kama baarokta ala aali Ibrohim innaka hamidun majid"

Yang artinya : "Ya Allah anugerahkan shalawat kepada diri Nabi Muhammad, para istrinya serta segenap keturunan beliau, sebagaimana Engkau telah menganugerahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim, juga anugerahkanlah barakah kepada diri Nabi Muhammad, para istrinya serta segenap keturunan beliau, sebagaimana Engkau telah menganugerahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim, sesunggunya Engkau mahaterpuji lagi mahabijaksana".


Itu adalah teks shalawat kepada Nabi dan Ahlulbait, di mana Nabi saw merinci ahlulbait sebagai "azwajihi wa dzuriyatihi" (istri-istri dan dzuriat),


5. Menurut bahasa, kata lain dzuriyat adalah itrah. Nabi SAW menyebutkan bahwa itrahku adalah ahli baitku.

الجزء رقم :6، الصفحة رقم:124

3786 حدثنا نصر بن عبد الرحمن الكوفي ، قال : حدثنا زيد بن الحسن ، عن جعفر بن محمد ، عن أبيه ، عن جابر بن عبد الله ، قال : رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في حجته يوم عرفة وهو على ناقته القصواء يخطب، فسمعته يقول : " يا أيها الناس إني قد تركت فيكم ما إن أخذتم به لن تضلوا : كتاب الله، وعترتي أهل بيتي ".

"...berkata Nabi saw, wahai manusia, aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh maka tidak akan tersesat yaitu kitabullah, dan (aku tinggalkan pula) itrahku yaitu ahli baitku".

Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah "keturunan dari ahli baitku". Pendapat ini jelas tidak sesuai dengan bahasa yang digunakan Nabi SAW. Nabi tidak mengatakan (عترت أهل بيتي) "itrah dari ahli baitku. Tetapi menggunakan kata (عترتي أهل بيتي) itrahku (yakni) ahli baitku.



6. Imam Mahdi adalah dzuriyat Nabi SAW, dan disebut sebagai ahlubait.

الجزء رقم :4، الصفحة رقم:306

4283 حدثنا عثمان بن أبي شيبة ، حدثنا الفضل بن دكين ، حدثنا فطر ، عن القاسم بن أبي بزة ، عن أبي الطفيل ، عن علي رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لو لم يبق من الدهر إلا يوم لبعث الله رجلا من أهل بيتي يملؤها عدلا كما ملئت جورا 

"Dari Ali ra, dari Nabi saw: Sekiranya waktu tidak lagi tersisa kecuali hanya satu hari, maka pasti Allah akan mengutus seorang lelaki dari ahli baitku, yang akan memenuhi (dunia) dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman".

Imam Mahdi belum dilahirkan pada saat Nabi saw mengucapkan hadis tersebut di atas. Imam Al-Mahdi baru akan muncul menjelang hari kiamat. Namun demikian, kembali, secara konsisten, Alquran maupun Al-Hadits mengukuhkan dengan jelas, bahwa dzuriyat Nabi, termasuk yang belum lahir adalah ahli bait beliau saw.

Ini adalah sebagian saja, dasar dari nash, tentang dzuriyat, yang menurut hemat kami mencukupi untuk menerangkan dzuriyat Nabi SAW sebagai bagian dari ahlulbait.



Wallahu a'lam.



Komentar

Posting Komentar

Silakan mengisi komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Usia Nabi Ismail AS ketika peristiwa penyembelihan

Usia Nabi Ismail Saat Peristiwa Penyembelihan Oleh : Almar Yahya Cukup banyak pendapat yang menyatakan bahwa usia Nabi Ismail saat peristiwa penyembelihan pada kisaran 6-7 tahun. Penuturan kisah ini senantiasa diulang sepanjang masa karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah qurban setiap bulan Dzul Hijjah. Dari kisah ini dapat digali banyak sekali hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kehidupan manusia baik aspek pendidikan, kemanusiaan, filsafat, spiritual dan lain sebagainya. Namun, apakah benar kisaran usia tersebut?  Kami berpendapat bahwa ketika itu usia (nabi) Ismail As telah sampai pada usia baligh (mencapai kisaran usia 14-15 tahun) dan masuk pada fase ke-3 masa pendidikan anak ( 15 - 21). Kita akan sedikit menggali dari kisah yang disampaikan Allah SWT dalam Alquran, surat Asshofat. Mari kita perhatikan surat Asshofat ayat 102 sbb : فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَر

Follower

Cari Blog Ini