Benarkah Penciptaan Eksistensial Hanya Satu Kali ?
Bismillahirrahmanirrahim,
Allah SWT berfirman dalam Al-Kitab, surat As-Saffat 37:96:
وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Ada yang bertanya, setelah hari akhir, setelah setiap makhluk mukallaf 1) sudah masuk ke dalam surga dan neraka, apakah Allah SWT masih menciptakan, ataukah sudah berhenti menciptakan?
Sebagian orang beranggapan bahwa ciptaan Allah SWT yang bersifat eksistensial itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada saat penciptaan makhluk.
Mereka menganggap, setelah itu tidak ada lagi penciptaan eksistensial, namun hanya berupa penjagaan Allah SWT, hingga waktunya, hak eksistensial itu diambil kembali oleh-Nya.
Ini anggapan yg total keliru.
Manusia, umpamanya, -dianggap- diciptakan secara eksistensial saat penciptaan Adam AS dan Hawa atau saat penciptaan di rahim ibu. Lalu selebihnya, Allah SWT hanya menjaga kehidupan hingga manusia yang bersangkutan mati.
Demikian pula terjadi pada alam semesta, bintang, planet dan segala isinya.
Sekali lagi, ini adalah anggapan yg total keliru.
Penciptaan eksistensial itu terjadi terus menerus.
Mari kita lihat, di mana penciptaan eksistensial setelah penciptaan pertama itu terjadi...
Kita semua tahu, bahwa setiap makhluk itu merupakan susunan berbagai unsur yang kompleks.
Manusia, umpamanya. Setiap organnya tersusun dari sel. Lebih dalam lagi, setiap selnya tersusun dari berbagai unsur atom. Ada Hidrogen, Oksigen, Karbon dan lain sebagainya. Unsur-unsur tersebut juga tersusun dari sub-atom.
Atom dan sub-atom tidak diam begitu saja.
Tapi, bergerak dinamis, berputar seperti peredaran bumi dan matahari. Terus berputar tanpa henti. Tidak hanya berputar tanpa henti, masing-masih atom dan sub-atom saling memiliki medan energi tarik-menarik dan tolak-menolak, sehingga masing-masing sistem dan peredaran atom dan sub-atom tidak tercampur.
Lalu, siapa yang menyuplai energi, hingga atom dan-sub atom itu terus eksis dan terus bergerak?
Siapa yang menyuplai energi yang bermacam-macam pada setiap atom dan sub-atom, sehingga masing-masing tidak tercampur dengan peredaran sub-atom lainnya?
Apabila tercampur, apa yang akan terjadi terjadi?
Unsur akan saling tercampur dan kacau, juga organ manusia akan menjadi tercampur dan kacau.
Sel mata bercampur dengan sel kulit, sel tulang bercampur sel otot, sel darah dan seterusnya: Kacau.
Demikian pula, bagaimana bila suplai energi itu tidak lagi diberi, tidak lagi diciptakan, apa yang akan terjadi?
Begitu suplai energi terhenti, maka atom dan sub atom akan habis saat itu juga: Sirna, hilang, musnah : "haalikun".
Persis seperti gambar di televisi. Gambar di televisi muncul, tampak, dari mana sumbernya?
Gambar tersebut berasal dari energi / sinyal pemancar yang bersumber dari stasiun pemancar televisi.
Jika sinyal dari pemancar televisi itu di-stop, apa yang akan terjadi?
Gambar langsung hilang.
Seperti itulah sifat penciptaan Allah SWT.
Allah SWT terus menerus menciptakan tanpa henti.
Dalam surat Al-Qashas 28:88 Allah SWT berfirman:
وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَۘ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥۚ لَهُ ٱلْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Kullu syai'in haalikun illa wajhuh" : Setiap sesuatu itu (bersifat) sirna, kecuali DiriNya.
Hal semacam itu berlaku pada setiap makhluk, baik tumbuhan, hewan, manusia, jin, bumi dan alam semesta.
Termasuk di dalamnya malaikat, surga, neraka dan seterusnya.
Sehingga, bagi Allah SWT, tidak ada perbedaan, antara dunia dan akhirat. Antara makhluk ghoib maupun selain ghoib.
Keduanya sama-sama makhluk. Sama-sama diciptakan dan terus-menerus diciptakan keberadaannya, eksistensinya.
Lalu,
Ada yang mengatakan: "sesuai teori atom, bahwa atom dan energi itu memang bersifat kekal, energi dan massa tidak bisa hilang, hanya berubah bentuk".
Pengamatan empiris terhadap perilaku massa dan energi menyimpulkan adanya hukum kekekalan energi.
Tapi pengamat sendiri tidak bisa menjawab, dari mana datangnya kekekalan itu? Dari mana sumber suplainya?
Bukankan gerak membutuhkan energi?
Lalu dari mana energi gerak tiap atom dan sub-atom?
Ada pula yang mengatakan, bahwa "energi itu berasal dari gerak dan sebaliknya". Gerak menghasilkan energi. Energi menghasilkan gerak.
Tapi kembali, mereka tidak bisa menjawab terhadap adanya daya penggunaan (daya pakai).
Sehingga tidak mungkin 100 % gerak menghasilkan 100 % energi dan sebaliknya.
Karena adanya daya pakai.
Para pengamat perilaku massa dan energi tidak mampu menemukan "causa prima".
Yang terjadi adalah, ketika mereka tidak mampu menjawab sumber energi dan sumber kekekalan, maka mereka menutup keberadaan pencipta, yang sifat ciptaannya terus menerus itu.
Akal mengatakan bahwa energi pasti ada sumbernya. Sumbernya harus mencakup seluruh energi yang dibutuhkan untuk eksis dan geraknya massa.
Itu yang dinyatakan Allah SWT dlm surat Asshofat 96: "Allah SWT lah yang menciptakan kamu dan perbuatan kamu".
Berupa ciptaan eksistensial dan ciptaan kausatif.
Menciptakan sub-atom dan menciptakan geraknya.
Akal sehat akan menafikan kemungkinan adanya massa tanpa energi, energi tanpa massa, "energi tanpa energi sumber".
Bahasa akal adalah: mustahil.
Lalu pengamat (yang tidak beriman) mengunci jalur akal dengan jalan buntu: "hukum kekekalan energi".
Tanpa menjawab pertanyaan "siapa" dan "dari mana".
Lalu,
Mereka mengusulkan lagi, bahwa sumber energi itu berasal dari "big bang," milyaran tahun yang lalu. Mereka mengatakan bahwa, big bang menghasilkan energi yang sangat melimpah untuk terus menyuplai setiap massa, ruang dan waktu.
Di sinilah sebenarnya letak perbedaan antara orang yang beriman dengan orang tidak beriman.
Dan inilah sebab, mengapa Allah menggunakan kata (ك ف ر) pada orang-orang yang tidak beriman.
Kafara berarti menutup, maka betapa pun akal dan bukti diberikan, tidak akan mengantar mereka kepada pengakuan adanya Tuhan, sebab merekalah yang menutup diri dan menyangkal dari kebenaran itu.
Sejauh dan sedetail apapun penelitian dan pemikiran, tidak akan memberi manfaat bila yang bersangkutan menutup diri.
Terhadap big bang, mereka pun menutup diri dari pertanyaan: bukankah big bang itu juga sebuah peristiwa?
Lalu menutup diri dari jawaban : Bukankan "setiap peristiwa itu adalah berupa akibat" dari sesuatu?
Karena ia adalah "akibat", maka akal mengatakan pasti ada "penyebabnya".
Wallahu a'lam
Ada yang mengatakan: "sesuai teori atom, bahwa atom dan energi itu memang bersifat kekal, energi dan massa tidak bisa hilang, hanya berubah bentuk".
Pengamatan empiris terhadap perilaku massa dan energi menyimpulkan adanya hukum kekekalan energi.
Tapi pengamat sendiri tidak bisa menjawab, dari mana datangnya kekekalan itu? Dari mana sumber suplainya?
Bukankan gerak membutuhkan energi?
Lalu dari mana energi gerak tiap atom dan sub-atom?
Ada pula yang mengatakan, bahwa "energi itu berasal dari gerak dan sebaliknya". Gerak menghasilkan energi. Energi menghasilkan gerak.
Tapi kembali, mereka tidak bisa menjawab terhadap adanya daya penggunaan (daya pakai).
Sehingga tidak mungkin 100 % gerak menghasilkan 100 % energi dan sebaliknya.
Karena adanya daya pakai.
Para pengamat perilaku massa dan energi tidak mampu menemukan "causa prima".
Yang terjadi adalah, ketika mereka tidak mampu menjawab sumber energi dan sumber kekekalan, maka mereka menutup keberadaan pencipta, yang sifat ciptaannya terus menerus itu.
Akal mengatakan bahwa energi pasti ada sumbernya. Sumbernya harus mencakup seluruh energi yang dibutuhkan untuk eksis dan geraknya massa.
Itu yang dinyatakan Allah SWT dlm surat Asshofat 96: "Allah SWT lah yang menciptakan kamu dan perbuatan kamu".
Berupa ciptaan eksistensial dan ciptaan kausatif.
Menciptakan sub-atom dan menciptakan geraknya.
Akal sehat akan menafikan kemungkinan adanya massa tanpa energi, energi tanpa massa, "energi tanpa energi sumber".
Bahasa akal adalah: mustahil.
Lalu pengamat (yang tidak beriman) mengunci jalur akal dengan jalan buntu: "hukum kekekalan energi".
Tanpa menjawab pertanyaan "siapa" dan "dari mana".
Lalu,
Mereka mengusulkan lagi, bahwa sumber energi itu berasal dari "big bang," milyaran tahun yang lalu. Mereka mengatakan bahwa, big bang menghasilkan energi yang sangat melimpah untuk terus menyuplai setiap massa, ruang dan waktu.
Di sinilah sebenarnya letak perbedaan antara orang yang beriman dengan orang tidak beriman.
Dan inilah sebab, mengapa Allah menggunakan kata (ك ف ر) pada orang-orang yang tidak beriman.
Kafara berarti menutup, maka betapa pun akal dan bukti diberikan, tidak akan mengantar mereka kepada pengakuan adanya Tuhan, sebab merekalah yang menutup diri dan menyangkal dari kebenaran itu.
Sejauh dan sedetail apapun penelitian dan pemikiran, tidak akan memberi manfaat bila yang bersangkutan menutup diri.
Terhadap big bang, mereka pun menutup diri dari pertanyaan: bukankah big bang itu juga sebuah peristiwa?
Lalu menutup diri dari jawaban : Bukankan "setiap peristiwa itu adalah berupa akibat" dari sesuatu?
Karena ia adalah "akibat", maka akal mengatakan pasti ada "penyebabnya".
Wallahu a'lam
-------------
Catatan :
1) Mukallaf berasal dari kata benda "taklif", berarti diberikan tanggung jawab. Makhluk mukalaf termasuk di dalamnya jin dan manusia. Mereka diberikan potensi dan kebebasan untuk berbuat. Pada hari kiamat, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas pemberian tersebut.
MasyaAllah, tulisan yang menjawab "menggantung" nya hukum kekalan energi. Allahu Akbar
BalasHapusAna mau tanya maksudnya Allah SWT akan terus menciptakan lagi setelah semua kbali pada ALLAh SWT dan dunia serta alam semesta ini telah dimusnahkan?klo seandainya ia apakah allah akan menciptakan nya Krn kekasih nya nabi Muhamad Saw?klo ia apakah nanti dengan proses yg sama seperti penciptaanya alam semesta in
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya, semoga Allah SWT merahmati Antum sekeluarga, amin.
HapusSetelah dunia ini hancur sehancur-hancurnya saat kiamat dan seluruh makhluk mati, maka Allah SWT akan menghidupkan lagi seluruh makhluk, sesuai janjinya.
Dalam surat Al-Isra' 17:51, Allah SWT berfirman:
...فَسَيَقُولُونَ مَن يُعِيدُنَاۖ قُلِ ٱلَّذِى فَطَرَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍۚ فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُءُوسَهُمْ وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هُوَۖ قُلْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَرِيبًا
...Maka mereka akan bertanya, “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pertama kali.” Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu (wahai Nabi Muhammad) dan berkata, “Kapan (Kiamat) itu (akan terjadi)?” Katakanlah, “semoga saja waktunya sudah dekat,”
Layak dicatat, kata "menggeleng kan-gelengkan kepala" dari akar kata (نغض) yang bisa berarti membuat bingung, merusak, menyakitkan hati.
Ada 2 makna yang dapat dipahami dari ayat di atas:
1. Berarti tidak percaya. Ini berlaku saat di dunia sebelum kiamat.
2. Berarti sakit hati dan tidak menyangka. Ini terjadi setelah kiamat, saat ternyata benar bahwa mereka dihidupkan kembali. Mereka juga sakit hati sesakit-sakitnya karena tahu akan menerima balasan atas perbuatan mereka di dunia.
Manusia hanya dibukakan pengetahuan sedikit saja dari ilmu dan rencana Allah SWT, baik saat di dunia terlebih lagi saat di akhirat kelak.
Wallahu a'lam