BAGAIMANA ORANG ISLAM MENGENAL BIG BANG BUKAN LEDAKAN
Salah satu nikmat yang dimiliki orang Islam adalah dalam hal ilmu pengetahuan.
Bagi sebagian nonmuslim, untuk sampai pada tingkat memahami ilmu pengetahuan, ia harus berusaha terlebih dahulu melewati berbagai tahapan usaha. Mulai dari mengumpulkan data, menganalisa hingga upaya yang melelahkan pada detil-detil terlebih dahulu. Setelah itu semua dilewati, baru ia sampai pada kesimpulan: paham, mengerti.
Itupun jika tidak terdapat distorsi dan kekeliruan data dan analisis.
Berbeda dengan sebagian besar orang Islam. Di mana orang islam: paham dahulu, detil bisa menyusul belakangan.
Berbeda dengan sebagian besar orang Islam. Di mana orang islam: paham dahulu, detil bisa menyusul belakangan.
Mengapa demikian ?
Izinkan saya berbagi pengalaman.
Beberapa waktu lalu, saya membaca update (sebetulnya juga sudah lama) NASA soal big bang, di antaranya:
1. Bahwa sebenarnya, big bang itu "bukan ledakan". Bahkan tidak ada yang meledak. Tapi, merupakan munculnya "ruang secara tiba-tiba lalu mengembang, dengan laju yang luar biasa"
2. Pada "menit-menit pertama", tercipta kalor, panas yang luar biasa ekstrim, jauh di atas milyar derajat. Sehingga saat itu, bahkan tidak dimungkinkan terbentuk foton, yang merupakan "bahan pembentuk" cahaya. Artinya, saat itu "tidak ada cahaya". Hanya gelap dan hitam.
3. Setelah suhu mendingin hingga beberapa milyar derajat, baru foton terbentuk dan selanjutnya muncul cahaya. Saat itu tidak ada api, sebab suhunya tidak memungkinkan bagi terbentuknya api.
Baru setelah sebagian suhu berangsur mendingin, terbentuk lah api. Setelah mendingin lagi, baru terbentuk materi dasar lainnya secara bertahap.
Juga Surah Al-Ghosyiyah 88:18, "lihatlah langit, bagaimana kami (terus) tinggikan" (وإلى السماء كيف رفعت). Jadi, langit semakin lama semakin tinggi (semakin mengembang).
Dengan demikian, kaum muslimin sudah tahu terlebih dahulu, meskipun belum tahu detil dan rinciannya. Maka ketika keterangan yang menjelaskan detil dan rincian itu muncul belakangan, mereka bisa dapat memahami dengan mudah.
Beberapa waktu lalu, saya membaca update (sebetulnya juga sudah lama) NASA soal big bang, di antaranya:
1. Bahwa sebenarnya, big bang itu "bukan ledakan". Bahkan tidak ada yang meledak. Tapi, merupakan munculnya "ruang secara tiba-tiba lalu mengembang, dengan laju yang luar biasa"
2. Pada "menit-menit pertama", tercipta kalor, panas yang luar biasa ekstrim, jauh di atas milyar derajat. Sehingga saat itu, bahkan tidak dimungkinkan terbentuk foton, yang merupakan "bahan pembentuk" cahaya. Artinya, saat itu "tidak ada cahaya". Hanya gelap dan hitam.
3. Setelah suhu mendingin hingga beberapa milyar derajat, baru foton terbentuk dan selanjutnya muncul cahaya. Saat itu tidak ada api, sebab suhunya tidak memungkinkan bagi terbentuknya api.
Baru setelah sebagian suhu berangsur mendingin, terbentuk lah api. Setelah mendingin lagi, baru terbentuk materi dasar lainnya secara bertahap.
Bagi sebagian nonmuslim, untuk memahami ini cukup repot, harus membaca sekian banyak rincian.
Tapi tidak bagi kebanyakan orang islam.Bagi mereka, ini sangat gampang. Mereka yang membaca update tersebut akan mengucapkan "subhanallah", sambil mengangguk-angguk, kadang disertai dengan "O..., ternyata begitu".
Tapi tidak bagi kebanyakan orang islam.Bagi mereka, ini sangat gampang. Mereka yang membaca update tersebut akan mengucapkan "subhanallah", sambil mengangguk-angguk, kadang disertai dengan "O..., ternyata begitu".
Mengapa demikian?
Sebab pemahaman tersebut jauh hari sudah diketahui oleh kaum muslimin, dari nash Al-Quran dan Al-Hadits.
1. Soal tidak ada ledakan, tapi ruang yang mengembang super cepat, orang Islam sudah paham terlebih dahulu, sebab Al-Qur'an surat Al-Anbiya 21:30 mengatakan, "..langit dan bumi itu dahulu, keduanya adalah sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan keduanya" (كانتا رتقا ففتقناهما).
1. Soal tidak ada ledakan, tapi ruang yang mengembang super cepat, orang Islam sudah paham terlebih dahulu, sebab Al-Qur'an surat Al-Anbiya 21:30 mengatakan, "..langit dan bumi itu dahulu, keduanya adalah sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan keduanya" (كانتا رتقا ففتقناهما).
Kata (فتق) berarti merobek, melepaskan, memecahkan, memisahkan sesuatu yang sebelumnya menyatu, dengan gerak cepat.
Juga Surah Al-Ghosyiyah 88:18, "lihatlah langit, bagaimana kami (terus) tinggikan" (وإلى السماء كيف رفعت). Jadi, langit semakin lama semakin tinggi (semakin mengembang).
Dengan demikian, kaum muslimin sudah tahu terlebih dahulu, meskipun belum tahu detil dan rinciannya. Maka ketika keterangan yang menjelaskan detil dan rincian itu muncul belakangan, mereka bisa dapat memahami dengan mudah.
2. Soal mulanya belum terbentuk cahaya. Bagi kaum muslimin yang terbiasa mengikuti majlis / maulid Nabi SAW sejak kecil, akan terbiasa mendengar hadits riwayat dari Sayyidina Jabir ibn Abdullah Al-Anshari RA.
Beliau RA bertanya pada Nabi SAW, "apa yg diciptakan Allah SWT sebelum segala sesuatu", maka Nabi SAW menjawab, "Allah menciptakan nur Nabimu Muhammad sebelum segala sesuatu (خلق نور نبيك محمد صلى الله عليه وسلم قبل الأشياء)
Nur Muhammad itu bukan cahaya biasa, namun lebih tinggi dari cahaya. Lalu dari Nur Muhammad itulah, Allah SWT menciptakan cahaya.
Kemudian, dari cahaya berikutnya Allah SWT menciptakan Malaikat dan (materi) alam semesta (الأفلاك).
Kaum muslimin juga sudah mengetahui bahwa api tercipta belakangan dan dari api tersebut Allah SWT menciptakan jin. Malaikat lebih dahulu diciptakan sebelum diciptakan jin.
Selanjutnya baru Allah SWT menciptakan manusia dari (unsur) tanah.
Kemudian, dari cahaya berikutnya Allah SWT menciptakan Malaikat dan (materi) alam semesta (الأفلاك).
Kaum muslimin juga sudah mengetahui bahwa api tercipta belakangan dan dari api tersebut Allah SWT menciptakan jin. Malaikat lebih dahulu diciptakan sebelum diciptakan jin.
Selanjutnya baru Allah SWT menciptakan manusia dari (unsur) tanah.
Jadi demikianlah.
Sering kali, kala ada "penemuan baru" IPTEK, orang Islam sudah paham duluan.
Lalu dari lisannya berucap "ooo begitu, subhanallah"
Selamat hari Jumat, hari Nabi Muhammad SAW, hari bersholawat.
اللهم صلّ على سيدنا محمد وعلى آله الطاهرين وأصحابه الأكرمين
Komentar
Posting Komentar
Silakan mengisi komentar