Langsung ke konten utama

BERSABAR DIRI dan MEMUDAHKAN

- Bersabar Diri dan MEMUDAHKAN -


Sabar adalah kondisi seorang bertahan / menahan diri dengan tetap mempertahankan nilai-nilai positifnya, seperti keyakinan (iman), usaha (amal) dan lainnya.

Sabar sering diartikan dengan tabah, daya tahan dan awet. Lawan dari berputus asa, mengeluh, menyerah dan lainnya.

Salah satu kata yg digunakan Al-Quran untuk sabar adalah "bersabar diri" (اصطبر).

Perhatikan 2 ayat di bawah ini:

(رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا)

"Tuhan langit dan bumi dan semua yang berada di antara keduanya maka sembahlah Dia dan bersabar dirilah untuk beribadah...."
[Surat Maryam 65]



(إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ)
"Sesungguhnya Kami akan mengirim unta betina sebagai fitnah bagi mereka, oleh karena itu (wahai nabi Shalih) awasilah mereka dan bersabar dirilah (dari perlakuan kaum engkau yang kafir)"
[Surat Al-Qamar 27]

Kata "bersabar diri" (اصطبر) memiliki keanehan / anomali yang mengandung pelajaran yang berguna.

Keanehan apa itu?, mari kita lihat.

Menurut beberapa kitab tafsir seperti Al-Qurtubi dan Al-Thabari, asal kata (اصطبر) "ish-tho-ba-ra" adalah (اصتبر) "ish-ta-ba-ra" menggunakan huruf (ت), dengan wazan "if-ta-'a-la" (افتعل). Huruf yang seharusnya (ت) berubah menjadi (ط). 

Bagaimana ini bisa terjadi?

Dalam ilmu tajwid, makhrajul huruf (ص) dan (ت) berjauhan. Sehingga pengucapan (واصتبر) menjadi sulit dan lebih berat. Huruf pengganti, yang paling mendekati huruf (ت) dalam hal ini, Allah SWT pilihkan, yaitu huruf (ط), karena makhrajul hurufnya berdekatan dengan huruf (ص) dan kata jadiannya (اصطبر) tidak membentur kata lainya.

Dengan pengubahan tersebut maka menjadi lebih mudah dan ringan pengucapannya.


Kembali ke ayat yang kita bahas, pada kedua ayat tersebut Allah SWT memerintahkan hambaNya untuk bersabar diri. Pada ayat pertama perintah ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dan pada ayat kedua perintah kepada Nabi Shalih AS.

Perintah bersabar diri itu sesuatu yang tidak ringan (berat). Maka Allah SWT memberikan keringanan, dalam hal ini diwujudkan dalam pengucapannya.

Inilah pelajaran berharga itu.


Ada kalanya kita mengalami hal serupa.
Sebagai contoh, jika kita mendidik anak kita untuk tidak makan (melarang) makanan tertentu yang tidak sehat, misalnya. Kita minta ia untuk bersabar. Maka hendaknya kita mudahkan ia dalam menjalani hal tersebut. Misalnya, sediakan makanan sehat yang mereka sukai. Atau ajak ia bermain di tempat yang lebih sehat yang jauh dari pilihan makanan-makanan yang kita larang tersebut. Hal demikian akan memudahkan mereka dalam menjalani kesabaran diri.

 Janganlah ditambah dengan kondisi yang lebih memberatkan lagi.

Demikian, Allah SWT adalah maha mengajar. Dalam salah satu ayat,
(عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ)
"Allah mengajarkan manusia apa yang manusia tidak tahu"
[Surat Al-Alaq 5]

Selain mengajar, Allah SWT juga mendidik dan memberi contoh
Ayat yang kita bahas adalah contoh yang sangat baik, bagaimana Allah SWT mengajar manusia dan mencontohkan.

Semoga bermanfaat.


Wallahu a'lam

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan mengisi komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan...

Perbedaan Husna dan Ihsan

Apa Perbedaan "Husna" dan "Ihsan" Husna Secara bahasa, " husna " adalah kata benda bentukan dari kata kerja intransitif ¹) " hasuna " (َحَسُن) yang berarti "berbuat baik". Pelakunya ( fa-'il ) adalah " hasan " (حَسَنٌ). Oleh karena itu, secara bahasa, " husna " itu wujud pekerjaan baik, karena sifat subyeknya memang sudah baik sejak mula. Apa yang bisa kita pahami dari rumus bahasa ini? Orang yg baik ( hasan ) maka "lazimnya" perbuatannya akan baik ( husna ) Sebaliknya, orang yang asalnya sudah buruk tidak bisa menghasilkan perbuatan baik. Jika ia berbuat "tampak" baik, maka sifat baiknya itu semu. Sehingga disyaratkan ia harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya. Setelah sifat buruknya berubah menjadi baik, baru ia bisa menghasilkan output berupa pekerjaan baik. Demikian kita sebagai manusia, terikat oleh hukum ini. Tidaklah mungkin kita berharap outpun amal kita tergolong amal shalih, bila ...

Usia Nabi Ismail AS ketika peristiwa penyembelihan

Usia Nabi Ismail Saat Peristiwa Penyembelihan Oleh : Almar Yahya Cukup banyak pendapat yang menyatakan bahwa usia Nabi Ismail As saat peristiwa penyembelihan pada kisaran 6-7 tahun. Penuturan kisah ini senantiasa diulang sepanjang masa karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah qurban setiap bulan Dzul Hijjah. Dari kisah ini dapat digali banyak sekali hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kehidupan manusia baik aspek pendidikan, kemanusiaan, filsafat, spiritual dan lain sebagainya. Namun, apakah benar kisaran usia tersebut?  Kami berpendapat bahwa ketika itu usia (nabi) Ismail As telah sampai pada usia baligh (mencapai kisaran usia 14-15 tahun) dan masuk pada fase ke-3 masa pendidikan anak ( 15 - 21). Kita akan sedikit menggali dari kisah yang disampaikan Allah SWT dalam Alquran, surat Asshofat. Mari kita perhatikan surat Asshofat ayat 102 sbb : فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا...

Follower

Cari Blog Ini