Langsung ke konten utama

Penggunaan kata "hum" dan Mimpi Ajaib Nabi Yusuf

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada tulisan yang lalu, kami menyampaikan pendapat yang menyatakan bahwa inti doa Nabi Ibrahim As pada QS. Ibrahim (14:37) adalah "permintaan kepada Allah SWT untuk menjadikan sebagian manusia supaya mencintai keturunan beliau As (yang berasal) dari Nabi Ismail As dan otomatis berlanjut kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan keturunannya". (Tulisan tersebut dapat Anda baca di sini).

Beberapa waktu lalu, salah seorang sahabat kami menolak pendapat tersebut dengan mengetengahkan penjelasan dari salah satu kitab tafsir. 
Di mana dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa kata "mereka" (him atau hum) dalam ayat di atas diartikan sebagai "Kota Makkah", bukan diartikan sebagai "mereka" (manusia dalam bentuk jamak). 2 Alasan dari pendapat tersebut adalah sbb :

1. Pada ayat lain dalam Al-Qur'an juga terdapat penggunaan kata ganti persona (hum / him), yang digunakan bukan untuk "orang", tetapi untuk "benda", seperti ayat QS Yusuf (12:4).
2. Buktinya adalah (menurut pendapat tersebut) hampir semua orang yang pernah berhaji mengunjungi "Kota Makkah", maka dalam hatinya tumbuh perasaan rindu, ingin datang kembali ke Kota Makkah.

Menurut kami, pendapat tersebut sah-sah saja, hanya tidak otomatis menganulir pendapat yang lain. 
Apabila pendapat tersebut dijadikan hujjah untuk menganulir pendapat dalam tulisan kami sebelumnya, maka akan terjadi kerancuan yang akan kami paparkan melalui beberapa argumen, insya Allah.


Argumen 1

QS Yusuf (12:4) sbb :
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (٤)
"(ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742], Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; aku melihat mereka semuanya sujud kepadaku."
[742] Bapak Yusuf a.s. ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim a.s.


Menurut pendapat mereka, kata "hum" dalam "...roaitu hum li sajidiin" adalah kata ganti dari "sebelas bintang, matahari dan bulan", yang kesemuanya adalah benda mati, ghoiru aaqil (benda mati yang tidak berakal). 
Dengan demikian mereka berpendapat bahwa bisa saja "hum / him" digunakan sebagai kata ganti untuk benda mati, termasuk penggunaann "hum / him" dalam surat QS Ibrahim (14:37), kata "him" bisa saja dimaksudkan untuk Kota Makah.


Sekarang, mari kita lihat kerancuan pendapat ini : 

Dalam Surah Yusuf, kalaupun kata "hum" (menurut pendapat mereka) diartikan sebagai kata benda, maka tetap saja digunakan sebagai kata ganti untuk bentuk jamak (jumlah banyak), lebih dari 3 pihak, yang dalam ayat tersebut adalah : sebelas bintang, matahari dan bulan.

Pendapat ini tidak dapat menganulir pendapat yang kami sampaikan dalam tulisan terdahulu, karena dalam QS Ibrahim (14:37), sendainya dinisbahkan pada "Kota Makkah", maka "Kota Makkah" adalah berbentuk tunggal di mana kata gantinya (kalaupun dipersonifikasi) lebih tepat menggunakan kata ganti "hi" atau "ha" (dia / nya), sedangkan dalam Surat Ibrahim digunakan kata "him" (untuk kata ganti bentuk jamak/banyak).


Argumen 2
QS  Ibrahim (14:37) sbb
:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (٣٧)  
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Silakan perhatikan bahwa setelah kalimat "...tahwi ilaihim" (cenderung kepada mereka), diikuti oleh kalimat "warzuqhum" (dan berilah mereka rejeki). 

Pertanyaan kami selanjutnya adalah : Allah SWT memberikan rezeki kepada siapa? Siapakah penerima rezeki Allah SWT? Apakah untuk kota / tempat ataukah untuk orang (manusia) yang tinggal di dalamnya? 

Tentu jawabannya adalah rejeki dipuruntukkan pada "orang / manusia".

Maka ketika kata "warzuqhum" menunjukkan orang, maka kata sebelumnya "tahwi ilaihim" juga sama, yakni menunjukkan orang.

Sekali lagi kami tidak hendak menyalahkan pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah Kota Makkah, namun itu hanya salah satu pendapat saja. Lebih-lebih lagi pendapat tersebut tidak otomatis menganulir pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah sekumpulan manusia : Nabi Ismail AS dan keturunannya, berlanjut hingga Nabi Muhammad S.A.W. dan zuriatnya.


Argumen 3
Mari kita tengok kembali Q.S. Yusuf (12:4). 

Dalam ayat tersebut mimpi Yusuf As digambarkan melalui "dua kali (2X) melihat" dalam 2 penggal kalimat, sebagai berikut :

1. إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
    "Sesungguhnya aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;"
2.  رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
    "aku melihat mereka semuanya sujud kepadaku"

Pada kalimat pertama, obyek yang dilihat oleh Yusuf As adalah benda : sebelas bintang, matahari dan bulan. Semua benda ini tidak memiliki anggota tubuh: kepala, tangan, kaki. 
Jika dilihat dari semua sisi, maka tidak mungkin terlihat bentuk / postur : apakah dalam keadaan berdiri, duduk, tidur ataukah sujud.

Postur dan anggota tubuh diperlukan untuk mengetahui apakah sesuatu itu dalam keadaan berdiri atau duduk atau bersujud, mengingat untuk bersujud minimal memerlukan : kepala, badan, kaki dan postur yang membedakan posisi.

Pada kalimat kedua, Yusuf a.s mengalami penglihatan kedua, yakni melihat mereka bersujud. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit (karena tidak diperlukan), namun kita bisa mengetahui bahwa pada penglihatan pertama (nabi) Yusuf A.S "diyakinkan" bahwa yang dilihat adalah benda-benda langit.

Kemudian pada penglihatan kedua, secara menakjubkan Yusuf A.s melihat terjadinya "perubahan wujud" dan "perubahan posisi" sehingga benda-benda langit tersebut kemudian berubah menjadi memiliki bentuk "postur" (dan anggota badan seperti halnya manusia) lalu turun di hadapanya. 

Wujud baru (seperti manusia) inilah yang dilihat oleh Yusuf A.s, bahwa kesemuanya turun di hadapanya lalu bersujud kepadanya. 

Hal yang menakjubkan inilah yang diceritakan kepada ayahnya, Nabi Ya'kub As dan segera Nabi Ya'kub As. melarang untuk menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudaranya yang lain. 

Perubahan yang menakjubkan itu digambarkan oleh penggunaan kata "raaituhum"

Betapa luar biasa Al-Qur'an. Rentetan peristiwa yang kompleks dalam mimpi ajaib tersebut dalam Al-Qur'an diceritakan hanya dalam dua kalimat sederhana dan penggunaan kata "hum". 

Seandainya kata "hum" tidak digunakan, maka "perubahan menakjubkan" itu tidak akan terlihat. Karena tidak terjadi perbuahan wujud dan posisi, maka cerita beliau bahwa benda-benda langit itu bersud di hadapannya hanya berkisar pada dugaan dan prasangka anak kecil yang bermimpi saja. 
Sehingga akan terkesan bahwa yang dilihat dalam mimpi Yusuf As. serupa dengan mimpi anak-anak biasa yang tidak penting untuk dirahasiakan kepada orang lain.

Di sini jelas terlihat, bahwa penggunaan kata "hum" dalam Q.S.Yusuf (12:4), (walaupun tidak secara eksplisit), tetap saja dinisbahkan kepada makhluk yang berakal, yakni wujud baru dari sebelah bintang, bulan dan matahari, yang semuanya melakukan perbuatan yang serupa seperti manusia.

Demikian, sesungguhnya yang haq berasal dari Allah SWT dan seluruh kesalahan dan khilaf berasal dari kami, wallahu a'lam.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Pujian Rasulullah SAW pada Abu Bakar RA dan Ali RA

 Sabda Nabi SAW: "لا يعرف الفضل لأهل الفضل إلاّ ذوو الفضل" "Tidaklah mengetahui keutamaan yang dimiliki oleh orang yang utama, kecuali dia juga seorang yang memiliki keutamaan ". Kalimat di atas diucapkan oleh Rasulullah SAW pada suatu hari, ditujukan pada dua orang sekaligus. Bagaimana ceritanya? Pada suatu hari, Rasulullah SAW berada di masjid beliau yang penuh sesak oleh para sahabat. Mereka semua berupaya mendekat pada Nabi SAW yang sedang menyampaikan risalah agama. Di samping Rasulullah SAW adalah Abu Bakar Ra . Dalam keadaan demikian, datanglah Ali bin Abu Thalib Kw  memasuki masjid dan berupaya mencari tempat kosong untuk duduk dan bergabung mendengar dari Rasulullah Saw. Melihat itu, Abu Bakar Ra bergeser sedikit demi sedikit menjauhi Nabi, membuat ruang kosong antara beliau dengan Nabi Saw, lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada Ali Kw, supaya duduk di antara Rasulullah Saw dan dirinya. Melihat itu, Rasulullah tersenyum senang dan mengucapkan ka

Follower

Cari Blog Ini