Bismillahirrahmanirrahim.
Pada tulisan yang lalu, kami menyampaikan pendapat yang menyatakan bahwa inti doa Nabi Ibrahim As pada QS. Ibrahim (14:37) adalah "permintaan kepada Allah SWT untuk menjadikan sebagian manusia supaya mencintai keturunan beliau As (yang berasal) dari Nabi Ismail As dan otomatis berlanjut kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan keturunannya". (Tulisan tersebut dapat Anda baca di sini).
Beberapa waktu lalu, salah seorang sahabat kami menolak pendapat tersebut dengan mengetengahkan penjelasan dari salah satu kitab tafsir.
1. إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
"Sesungguhnya aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;"
2. رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
"aku melihat mereka semuanya sujud kepadaku"
Pada kalimat pertama, obyek yang dilihat oleh Yusuf As adalah benda : sebelas bintang, matahari dan bulan. Semua benda ini tidak memiliki anggota tubuh: kepala, tangan, kaki.
Pada tulisan yang lalu, kami menyampaikan pendapat yang menyatakan bahwa inti doa Nabi Ibrahim As pada QS. Ibrahim (14:37) adalah "permintaan kepada Allah SWT untuk menjadikan sebagian manusia supaya mencintai keturunan beliau As (yang berasal) dari Nabi Ismail As dan otomatis berlanjut kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan keturunannya". (Tulisan tersebut dapat Anda baca di sini).
Beberapa waktu lalu, salah seorang sahabat kami menolak pendapat tersebut dengan mengetengahkan penjelasan dari salah satu kitab tafsir.
Di mana dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa kata "mereka" (him atau hum) dalam ayat di atas diartikan sebagai "Kota Makkah", bukan diartikan sebagai "mereka" (manusia dalam bentuk jamak). 2 Alasan dari pendapat tersebut adalah sbb :
1. Pada ayat lain dalam Al-Qur'an juga terdapat penggunaan kata ganti persona (hum / him), yang digunakan bukan untuk "orang", tetapi untuk "benda", seperti ayat QS Yusuf (12:4).
2. Buktinya adalah (menurut pendapat tersebut) hampir semua orang yang pernah berhaji mengunjungi "Kota Makkah", maka dalam hatinya tumbuh perasaan rindu, ingin datang kembali ke Kota Makkah.
Menurut kami, pendapat tersebut sah-sah saja, hanya tidak otomatis menganulir pendapat yang lain.
1. Pada ayat lain dalam Al-Qur'an juga terdapat penggunaan kata ganti persona (hum / him), yang digunakan bukan untuk "orang", tetapi untuk "benda", seperti ayat QS Yusuf (12:4).
2. Buktinya adalah (menurut pendapat tersebut) hampir semua orang yang pernah berhaji mengunjungi "Kota Makkah", maka dalam hatinya tumbuh perasaan rindu, ingin datang kembali ke Kota Makkah.
Menurut kami, pendapat tersebut sah-sah saja, hanya tidak otomatis menganulir pendapat yang lain.
Apabila pendapat tersebut dijadikan hujjah untuk menganulir pendapat dalam tulisan kami sebelumnya, maka akan terjadi kerancuan yang akan kami paparkan melalui beberapa argumen, insya Allah.
Argumen 1
QS Yusuf (12:4) sbb :
[742] Bapak Yusuf a.s. ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim a.s.
Menurut pendapat mereka, kata "hum" dalam "...roaitu hum li sajidiin" adalah kata ganti dari "sebelas bintang, matahari dan bulan", yang kesemuanya adalah benda mati, ghoiru aaqil (benda mati yang tidak berakal).
إِذْ
قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (٤)
"(ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya: "Wahai ayahku[742], Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas
bintang, matahari dan bulan; aku melihat mereka semuanya sujud kepadaku."[742] Bapak Yusuf a.s. ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim a.s.
Menurut pendapat mereka, kata "hum" dalam "...roaitu hum li sajidiin" adalah kata ganti dari "sebelas bintang, matahari dan bulan", yang kesemuanya adalah benda mati, ghoiru aaqil (benda mati yang tidak berakal).
Dengan demikian mereka berpendapat bahwa bisa saja "hum / him" digunakan sebagai kata ganti untuk benda mati, termasuk penggunaann "hum / him" dalam surat QS Ibrahim (14:37), kata "him" bisa saja dimaksudkan untuk Kota Makah.
Sekarang, mari kita lihat kerancuan pendapat ini :
Dalam Surah Yusuf, kalaupun kata "hum" (menurut pendapat mereka) diartikan sebagai kata benda, maka tetap saja digunakan sebagai kata ganti untuk bentuk jamak (jumlah banyak), lebih dari 3 pihak, yang dalam ayat tersebut adalah : sebelas bintang, matahari dan bulan.
Pendapat ini tidak dapat menganulir pendapat yang kami sampaikan dalam tulisan terdahulu, karena dalam QS Ibrahim (14:37), sendainya dinisbahkan pada "Kota Makkah", maka "Kota Makkah" adalah berbentuk tunggal di mana kata gantinya (kalaupun dipersonifikasi) lebih tepat menggunakan kata ganti "hi" atau "ha" (dia / nya), sedangkan dalam Surat Ibrahim digunakan kata "him" (untuk kata ganti bentuk jamak/banyak).
Argumen 2
QS Ibrahim (14:37) sbb:
Silakan perhatikan bahwa setelah kalimat "...tahwi ilaihim" (cenderung kepada mereka), diikuti oleh kalimat "warzuqhum" (dan berilah mereka rejeki).
Pendapat ini tidak dapat menganulir pendapat yang kami sampaikan dalam tulisan terdahulu, karena dalam QS Ibrahim (14:37), sendainya dinisbahkan pada "Kota Makkah", maka "Kota Makkah" adalah berbentuk tunggal di mana kata gantinya (kalaupun dipersonifikasi) lebih tepat menggunakan kata ganti "hi" atau "ha" (dia / nya), sedangkan dalam Surat Ibrahim digunakan kata "him" (untuk kata ganti bentuk jamak/banyak).
Argumen 2
QS Ibrahim (14:37) sbb:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (٣٧)
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Silakan perhatikan bahwa setelah kalimat "...tahwi ilaihim" (cenderung kepada mereka), diikuti oleh kalimat "warzuqhum" (dan berilah mereka rejeki).
Pertanyaan kami selanjutnya adalah : Allah SWT memberikan rezeki kepada siapa? Siapakah penerima rezeki Allah SWT? Apakah untuk kota / tempat ataukah untuk orang (manusia) yang tinggal di dalamnya?
Tentu jawabannya adalah rejeki dipuruntukkan pada "orang / manusia".
Maka ketika kata "warzuqhum" menunjukkan orang, maka kata sebelumnya "tahwi ilaihim" juga sama, yakni menunjukkan orang.
Sekali lagi kami tidak hendak menyalahkan pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah Kota Makkah, namun itu hanya salah satu pendapat saja. Lebih-lebih lagi pendapat tersebut tidak otomatis menganulir pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah sekumpulan manusia : Nabi Ismail AS dan keturunannya, berlanjut hingga Nabi Muhammad S.A.W. dan zuriatnya.
Argumen 3
Mari kita tengok kembali Q.S. Yusuf (12:4).
Maka ketika kata "warzuqhum" menunjukkan orang, maka kata sebelumnya "tahwi ilaihim" juga sama, yakni menunjukkan orang.
Sekali lagi kami tidak hendak menyalahkan pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah Kota Makkah, namun itu hanya salah satu pendapat saja. Lebih-lebih lagi pendapat tersebut tidak otomatis menganulir pendapat bahwa yang dimaksud dalam QS Ibrahim adalah sekumpulan manusia : Nabi Ismail AS dan keturunannya, berlanjut hingga Nabi Muhammad S.A.W. dan zuriatnya.
Argumen 3
Mari kita tengok kembali Q.S. Yusuf (12:4).
Dalam ayat tersebut mimpi Yusuf As digambarkan melalui "dua kali (2X) melihat" dalam 2 penggal kalimat, sebagai berikut :
1. إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
"Sesungguhnya aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;"
2. رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
"aku melihat mereka semuanya sujud kepadaku"
Pada kalimat pertama, obyek yang dilihat oleh Yusuf As adalah benda : sebelas bintang, matahari dan bulan. Semua benda ini tidak memiliki anggota tubuh: kepala, tangan, kaki.
Jika dilihat dari semua sisi, maka tidak mungkin terlihat bentuk / postur : apakah dalam keadaan berdiri, duduk, tidur ataukah sujud.
Postur dan anggota tubuh diperlukan untuk mengetahui apakah sesuatu itu dalam keadaan berdiri atau duduk atau bersujud, mengingat untuk bersujud minimal memerlukan : kepala, badan, kaki dan postur yang membedakan posisi.
Pada kalimat kedua, Yusuf a.s mengalami penglihatan kedua, yakni melihat mereka bersujud. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit (karena tidak diperlukan), namun kita bisa mengetahui bahwa pada penglihatan pertama (nabi) Yusuf A.S "diyakinkan" bahwa yang dilihat adalah benda-benda langit.
Pada kalimat kedua, Yusuf a.s mengalami penglihatan kedua, yakni melihat mereka bersujud. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit (karena tidak diperlukan), namun kita bisa mengetahui bahwa pada penglihatan pertama (nabi) Yusuf A.S "diyakinkan" bahwa yang dilihat adalah benda-benda langit.
Kemudian pada penglihatan kedua, secara menakjubkan Yusuf A.s melihat terjadinya "perubahan wujud" dan "perubahan posisi" sehingga benda-benda langit tersebut kemudian berubah menjadi memiliki bentuk "postur" (dan anggota badan seperti halnya manusia) lalu turun di hadapanya.
Wujud baru (seperti manusia) inilah yang dilihat oleh Yusuf A.s, bahwa kesemuanya turun di hadapanya lalu bersujud kepadanya.
Hal yang menakjubkan inilah yang diceritakan kepada ayahnya, Nabi Ya'kub As dan segera Nabi Ya'kub As. melarang untuk menceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudaranya yang lain.
Perubahan yang menakjubkan itu digambarkan oleh penggunaan kata "raaituhum"
Betapa luar biasa Al-Qur'an. Rentetan peristiwa yang kompleks dalam mimpi ajaib tersebut dalam Al-Qur'an diceritakan hanya dalam dua kalimat sederhana dan penggunaan kata "hum".
Betapa luar biasa Al-Qur'an. Rentetan peristiwa yang kompleks dalam mimpi ajaib tersebut dalam Al-Qur'an diceritakan hanya dalam dua kalimat sederhana dan penggunaan kata "hum".
Seandainya kata "hum" tidak digunakan, maka "perubahan menakjubkan" itu tidak akan terlihat. Karena tidak terjadi perbuahan wujud dan posisi, maka cerita beliau bahwa benda-benda langit itu bersud di hadapannya hanya berkisar pada dugaan dan prasangka anak kecil yang bermimpi saja.
Sehingga akan terkesan bahwa yang dilihat dalam mimpi Yusuf As. serupa dengan mimpi anak-anak biasa yang tidak penting untuk dirahasiakan kepada orang lain.
Di sini jelas terlihat, bahwa penggunaan kata "hum" dalam Q.S.Yusuf (12:4), (walaupun tidak secara eksplisit), tetap saja dinisbahkan kepada makhluk yang berakal, yakni wujud baru dari sebelah bintang, bulan dan matahari, yang semuanya melakukan perbuatan yang serupa seperti manusia.
Di sini jelas terlihat, bahwa penggunaan kata "hum" dalam Q.S.Yusuf (12:4), (walaupun tidak secara eksplisit), tetap saja dinisbahkan kepada makhluk yang berakal, yakni wujud baru dari sebelah bintang, bulan dan matahari, yang semuanya melakukan perbuatan yang serupa seperti manusia.
Demikian, sesungguhnya yang haq berasal dari Allah SWT dan seluruh kesalahan dan khilaf berasal dari kami, wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar
Silakan mengisi komentar