Langsung ke konten utama

Di manakah Nabi Adam As diciptakan

Di manakah Nabi Adam As diciptakan? Apakah di "Surga"?

Bismillahirrahmanirrahim,


Sebagian ulama  berpendapat bahwa Nabi Adam As diciptakan di surga Al-Ma'wa¹), sebagai tempat penciptaannya di mana pada akhirnya akan menjadi tempat kembali bagi keturunannya, hamba-hamba Tuhan yang beriman.

Sebagian lagi menolak pendapat tersebut, lalu menyatakan bahwa Nabi Adam As tidak diciptakan di surga, tapi kemudian ditempatkan sementara di surga Al-Ma'wa, lalu kemudian dikeluarkan dari tempat itu.

Namun sebagian yang lain mengetengahkan pendapat yang berbeda, di mana surga tempat Adam As tinggal bukanlah Al-Ma'wa.

Di manakah informasi-tersebut tercatat dalam Al-Qur'an?
Dalam tulisan ini, insyaallah kita akan bersama-sama menggalinya, untuk menjadi bekal dan pelajaran yang berharga.

Pendahuluan

Adam As adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT sekaligus ayah moyang dari seluruh bangsa manusia, sebagaimana dijelaskan oleh banyak nash Al-Qur'an dan Al-Sunnah.

Di antaranya adalah ayat berikut:
An-Nisa' 4:1


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءًۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا


"Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, yang telah menciptakan kalian dari diri yang (semula hanya berjumlah) satu (Adam As), lalu Dia menciptakan dari diri tersebut berupa pasangannya (Siti Hawa), kemudian Dia kembang-biakkan dari keduanya, berupa (jenis) lelaki dan (jenis) perempuan yang (terus berkembang menjadi) amat banyak. Bertakwalah kalian, yang dengan (ikatan persaudaraan itu) kalian saling tolong-menolong dan saling berkasih-sayang. Sesungguhnya Allah senantiasa mengawasi (perilaku) kalian."

Ayat di atas selain memiliki makna umum mengenai gambaran penciptaan setiap manusia melalui seorang ayah dan ibu, juga memiliki makna khusus bahwa pada puncak piramida bangsa manusia, adalah juga berupa satu orang ayah-ibu, yakni Adam As dan Siti Hawa.

Al-Qur'an juga berulang menggunakan penyebutan Bani Adam (anak-anak keturunan Adam) bagi manusia, sehingga dengan itu hilanglah keraguan tentang siapa sebenarnya ayah-ibu moyang manusia.

Al-A'raf 7:27

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ كَمَآ أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ ٱلْجَنَّةِ....

"Wahai Bani Adam (seluruh manusia), janganlah (cegahlah diri kalian supaya tidak
 sampai) setan memperdaya kalian, sebagaimana ia telah (melakukan hal yang sama, sehingga) mengeluarkan ayah-ibu kalian (Adam dan Hawa) dari surga...."

Panggung Sejarah Manusia

Sejarah manusia telah digelar dalam waktu yang amat lama. Berpilin-himpit, berganti kisah dan berjumlah-jumlah episode rupa laku dan peristiwa, di atas panggung dunia. Hampir selalu kisah itu mengulang ragam dan rupa yang sama, pada laku dan peristiwa yang berbeda.

Bermula dari kasih sayang persaudaraan, lalu berubah menjadi permainan dan persaingan, hingga berujung pada makar, tipu daya, pengrusakan dan penghancuran.

Dari upaya untuk memperoleh materi yang mencakup jumlah dan kualitas, maupun non materi seperti kepuasan dan kekuasaan.

Segala upaya yang lahir dari diri manusia, pada mulanya bertujuan untuk memenuhi rasa dalam diri mereka: kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan dan semacamnya.

Namun setiap upaya yang bersifat merusak fitrah yang baik dari manusia, akan menyimpangkan mereka dari hasil yang diharapkan itu.
Justru melahirkan persoalan baru : rasa penyesalan, kesedihan, penderitaan, kecemasan dan semacamnya.

Dan, pada ujungnya, kesadaran manusia menuntun mereka pada obat dan solusi hakiki: kembali pada fitrah yang baik: persaudaraan, kasih sayang dan berbuat baik.

Potret Sejarah Manusia Dilukis Di Langit

Segala hiruk pikuk, kerumitan dan kompleksitas sejarah manusia, sebenarnya tercantum pada lukisan penciptaan manusia: Adam As, sebelum ia diturunkan di atas pentas dunia.

Di mana, penciptaan Adam As dan kisahnya bersama para malaikat dan bangsa jin, adalah potret ringkasan kisah manusia.
Sedang turunnya Adam di atas pentas dunia adalah permulaan sejarah manusia.

Al-Qur'an adalah kalamullah dan mu'jizat Nabi Muhammad Saw yang terbesar. Salah satu bentuk mu'jizatnya adalah ketelitian dan presisi dalam penggunaan kata dan huruf. Para ulama selama ribuan tahun telah berupaya menyusun berbagai pedoman dan kaidah, demi mendapatkan berbagai ilmu dan hikmah yang luar biasa dari ayat-ayatnya. Bahkan Al-Qur'an sendiri berulang memerintahkan manusia untuk mempelajari, men-tadabur, menggali dan terus-menerus mengulasnya untuk terus mendapatkan petunjukNya.

Untuk itu pula, kita akan sama-sama belajar darinya, semoga Allah SWT berkenan memberi petunjuk kepada kita. Mari kita mulai gali bersama-sama.

Ayat Utama

Al-Baqarah 2:30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"Dan ingatlah (pada sebuah sidang / majlis) ketika Tuhanmu berfirman pada (kalangan) malaikat, sesungguhnya Aku yang (akan) menjadikan di bumi seorang khalifah. Mereka berkata, (layakkah) Engkau menjadikan (memilih ia) di bumi, seorang yang senantiasa merusak di sana juga menumpahkan darah, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau. Dia berfirman, sesungguhnya Aku mahamengetahui (meliputi) apa yang tidak kalian ketahui."

Ayat yang ringkas di atas memuat amat banyak informasi, yang tidak mungkin selesai dibahas dalam tulisan ringkas ini. Oleh karenanya kita akan membatasi pembahasan hanya di sekitar tema saja, sebagai berikut:

1. Frase (و إذ), menunjukkan bahwa informasi yang akan disampaikan adalah peristiwa penting yang terjadi di masa lalu. Peristiwa tersebut karena pentingnya, maka tersirat di dalamnya sebuah perintah untuk mengingat / mencatat / menggarisbawahi.
Sebab peristiwa tersebut akan menjadi basis hukum atau basis faktual dari peristiwa atau keputusan yang akan disampaikan atau yang akan terjadi kemudian.

2. Frase (قال ربك) menunjukkan bahwa keseluruhan kisah ini diberitakan langsung kepada seorang mukhatab (orang kedua tunggal yang diajak bicara). Siapa dia gerangan? Tidak lain, dia adalah sang penerima wahyu, yakni Nabi Muhammad Saw. 

Bentuk pembicaraan langsung kepada Nabi Saw dalam Al-Qur'an memiliki amat banyak makna. Di antaranya:
- Bukti autentik risalah, bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
- Makna keistimewaan. Di mana beliau Saw seorang yang memiliki keistimewaan dibandingkan seluruh manusia, maka apa yang disampaikan berbentuk langsung pada beliau memiliki sifat yang istimewa pula.
- Hukum takhsis (pengkhususan). Terkadang Allah SWT menyampaikan suatu perintah yang lingkupnya dibatasi kewajibannya hanya pada diri Nabi Saw. Sedangkan pada umatnya hanya berlaku hukum sunnah, seperti perintah sholat tahajud dan lain sebagainya.

3. Frase "kepada para malaikat" (لِلملٓئكة). Sebagian ulama membatasi bahwa kata ini bermakna "jenis", sehingga hanya memuat bangsa malaikat saja, tanpa ada selainnya.
Kami lebih memilih pendapat ulama yang mengatakan bahwa kata tersebut bukan bermakna jenis, tetapi bermakna sifat / kalangan. Bahwa mereka yang berada dalam sidang / majlis peristiwa tersebut mencakup para makhluk yang "disifati" dengan sifat utama malaikat, yakni sifat ketaatan.

Alasan kami memilih pendapat tersebut antara lain:
a. Sifat asal malaikat

Perhatikan ayat At-Tahrim 66:6 berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari (siksa) api neraka yang bahan bakarnya adakah manusia dan batu. Di atasnya terdapat para malaikat yang kasar dan keras senantiasa tidak bermaksiat atas apa saja yang diperintahkan oleh Allah pada mereka dan senantiasa mengerjakan apa saja yang diperintahkan."

Taat dan patuh tanpa pembangkangan adalah sifat dasar malaikat. Dalam ilmu tauhid, sifat ini termasuk sifat wajib bagi malaikat.

Dengan penyifatan demikian, sedang digambarkan bahwa yang hadir dalam sidang tersebut seluruhnya adalah makhluk yang taat dan belum pernah membangkang perintah Allah SWT sama sekali.

b. Terdapat dalam sidang / majlis tersebut berupa kelompok jenis / bangsa lain selain malaikat, yaitu Azazil ²), yang termasuk dalam bangsa jin.

Penggunaan frase (لِلملٓئكة) sedang menunjukkan, bahwa sebelum peristiwa pembangkangan tersebut, sosok Azazil adalah menyerupai malaikat dalam sifat dasar tersebut. Di mana ia (sebelumnya) memiliki sifat taat dan patuh tanpa adanya pembangkangan sama sekali.

Namun, pada peristiwa selanjutnya, akan terjadi pembangkangan Azazil secara dhahir yang pertama kali.

Ibn Abbas meriwayatkan sebuah hadits 
³) tentang Azazil sebagai berikut:

" كَانَ اسْمُ إِبْلِيسَ عَزَازِيلَ، وَكَانَ مِنْ أَشْرَافِ الْمَلَائِكَةِ مِنْ ذَوِي الْأَرْبَعَةِ الْأَجْنِحَةِ، ثُمَّ أَبْلَسَ بَعْدُ "

"Dahulu, nama iblis adalah Azazil, yaitu tergolong dalam kalangan malaikat yang memiliki empat sayap, lalu ia berubah menjadi iblis (jahat) setelahnya."

c. Sesuai nash Al-Qur'an, Azazil adalah bangsa / jenis jin

Al-Kahfi 18:50

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِۦٓۗ ...

"Dan ingatlah ketika kami firmankan kepada segenap malaikat, sujudlah kalian pada Adam, maka mereka semua (menuruti) sujud, kecuali iblis, ia termasuk jenis jin, maka ia fasik dari perintah Tuhannya..."


Kita lanjutkan pembahasan berikutnya.
4. Frase (إنى جاعل), dengan wazan fa-il (فاعل) menunjukkan "bentuk pelaku" bahwa Allah SWT sendiri yang mengambil inisiatif dan keputusan, atas 3 hal sekaligus:
- Penciptaan Adam dengan seluruh prosesnya.
- Penetapan khalifah di muka bumi.
- Pemilihan Adam As sebagai khalifah.

Selain itu, kata tersebut menunjukkan bahwa proses tersebut sudah dimulai dan tengah berlangsung.

5. Frase (فى الأرض خليفة) menunjukkan bahwa penempatan khalifah Tuhan telah diputuskan, yakni bertempat di muka bumi.

Perlu dicatat, bahwa pada poin ini, kata bumi (الأرض) adalah kata kunci dan pokok dari tema tulisan ini yang akan dijelaskan kemudian.

6. Kata "mereka berkata" (قالوا), maka sesuai maksud tulisan ini, "mereka" berarti kalangan malaikat yang "hadir" dalam sidang peristiwa ini. Di mana, di dalamnya memuat selain bangsa malaikat, yakni bangsa jin.

Belum dapat dipastikan, apakah selain Azazil terdapat pula bangsa jin lain ataukah hanya ia sendiri saja. Tetapi, sebelum ada kepastian, maka kemungkinan (bisa ya bisa tidak) adanya tidak boleh dinafikan, sehingga sekelompok jin selain iblis boleh jadi berada dalam sidang tersebut dan termuat pula dalam kata "mereka berkata".

7. Frase "apakah Engkau akan menjadikan di sana" (أتجعل فيها) adalah bentuk pertanyaan tendensius. Bentuk (hamzam istifham) seperti ini hanya digunakan untuk pertanyaan yang mengharapkan "jawaban tidak".

Mari kita lihat contoh lain, sebagai berikut:

Ya Sin 36:23

ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ ٱلرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّى شَفَٰعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَلَا يُنقِذُونِ

"Apakah aku layak menjadikan tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka (tuhan-tuhan itu) tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku."

Bentuk pertanyaan dengan penggunaan kata "layakkah aku mengambil" (أأتخذ) di atas serupa dengan penggunaan kata "layakkah Engkau menjadikan" (أتجعل), yakni berupa pertanyaan yang isinya tidak layak dijawab dengan jawaban positif (iya), tetapi hanya layak dijawab "tidak".

Dan, pertanyaan demikian amat tidak pantas untuk disampaikan kepada Tuhan. Oleh karenanya, penggunaan bentuk pertanyaan seperti ini menguatkan bahwa mereka yang hadir dan bertanya tidak hanya dari jenis malaikat saja, tetapi terdapat kelompok selainnya.

Mengapa? 
Sebab malaikat memiliki sifat pasti, bahwa mereka tidak mendahului Tuhan dalam perkataan.

Al-Anbiya 21:27
لَا يَسْبِقُونَهُۥ بِٱلْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِۦ يَعْمَلُونَ

"Mereka (para malaikat memiliki sifat) tidak berbicara mendahului-Nya dalam perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya."


8. Sub kalimat "orang yang merusak dan menumpahkan darah di dalamnya" (من يفسد فيها ويسفك الدماء).
Kata "merusak" dan "menumpahkan darah" berbentuk kini dan tengah berlangsung.

Ini menunjukkan, bahwa secara bahasa, kedua pekerjaan tersebut tengah berlangsung, pada saat pertanyaan tendensius itu disampaikan kepada Allah SWT.

Ada kisah yang menjelaskan bahwa di muka bumi, sebelum turunnya Adam As terdapat penghuni awal, yakni bangsa jin yang disebut Banu Al-Jan 
⁴).

Mereka membuat kerusakan dan saling berbunuhan di muka bumi. Maka menurut pendapat sejumlah ulama, Banu Al-Jan inilah yang dimaksud para malaikat, sebagai sekelompok "yang senantiasa membuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka bumi" Sedang penggunaan kata "khalifah" yang bisa berarti "pengganti" menunjukkan bahwa Adam As dan keturunannya, kelak akan menggantikan Banu Al-Jan.

Kami cenderung pada pendapat, bahwa yang ditunjuk oleh kalangan malaikat sebagai pihak "yang senantiasa merusak dan menumpahkan darah" bukan Banu Al-Jan, tetapi Adam As.

Argumentasi kami adalah sebagai berikut:
a) Lafadz "merusak" dan "menumpahkan darah" yang disebut dalam ayat di atas berbentuk tunggal, sehingga secara bahasa lebih tepat digunakan untuk orang ketiga tunggal, yakni Adam As. Apabila untuk penggunaan kepada Banu Al-Jan, lebih tepat menggunakan bentuk jamak, yakni (يفسدون) dan (يسفكون).

b) Kata "di dalamnya" (فيها) dalam ayat ini disebut dua kali.
Penyebutan "fiha" yang pertama 
(أتجعل فيها) adalah kata ganti bagi kata "di muka bumi" (في الأرض) sebagaimana disebutkan dalam poin 5.

Di mana maknanya adalah, bahwa mereka mengetahui (dari Tuhan) bahwa lokasi penempatan Adam As kelak, sebagai khalifah adalah di bumi.

Merupakan keumuman dalam Al-Qur'an, bahwa ketika terdapat 2 kata digunakan dalam 1 ayat, maka cakupan makna keduanya tidak sama.

Lalu apa makna kata (فيها) yang kedua?

Penyebutan "fiha" yang kedua digabung bersama dengan pekerjaan "merusak" dan "menumpahkan darah" sebagaimana disebutkan dalam poin 8 di atas (من يفسد فيها ويسفك الدماء) apa maknanya?.

Ini mengindikasikan bahwa (فيها) yang kedua ini adalah tempat / lokasi terjadinya perbuatan "merusak" dan "menumpahkan darah".

Inilah yang sedang kita garisbawahi.

c) Bahwa tema ayat ini, mengenai pengumuman Tuhan akan proses penciptaan Adam As tentu saja terjadi sebelum perintah sujud kepada Adam As, sehingga tentu saja juga berarti terjadi sebelum perintah menempatkan Adam As ke dalam "surga".

Apa artinya? Bahwa ayat ini mengindikasikan lokasi proses penciptaan Adam As adalah di suatu tempat yang bukan di "muka bumi", juga bukan di "surga", tetapi di suatu tempat yang memiliki kemiripan dengan kehidupan bumi.

d) kata "man" (من) dalam ayat ini adalah "man maushuliyah" (موصولية), yang berfungsi sebagai "dhamir a'id", atau kata ganti yang "harus" kembali kepada subyek yang disebutkan sebelum sub kalimat ini, yakni "khalifah".

Sehingga kaidah pada "man maushuliyah" ini memastikan bahwa pihak yang disaksikan oleh malaikat sebagai "sedang melakukan pengrusakan dan penumpahan darah" adalah orang yang sama, yakni Adam As. Dan, lokasi terjadinya adalah bertempat pada "fiha" (فيها) yang kedua sebagaimana disebutkan di atas, yakni suatu tempat yang "mirip dengan bumi".

Mengapa kita sebut "mirip dengan bumi"?
Mari kita lihat pada poin berikutnya.

e) Adam As adalah manusia pertama dan manusia yang lain adalah keturunannya kelak. Dengan demikian, pada saat penciptanya di lokasi tersebut, beliau adalah seorang diri dan tidak mungkin beliau menumpahkan darah manusia lain.

Di sini, kami cenderung bahwa lafadz "merusak" yang disebutkan adalah bermakna mengambil manfaat dari berbagai tanam-tanaman dan pepohonan di tempat tersebut, baik berupa buah, daun, ranting, kayu, akar, kulit dan lain sebagainya. Baik dengan cara menebang / mencabut keseluruhannya atau mengambil sebagian.

Sedangkan "menumpahkan darah" bermakna mengambil manfaat dari berbagai hewan di tempat tersebut, baik berupa daging, tanduk, tulang maupun kulitnya. Baik dengan cara menyembelih, berburu memancing atau lainnya.

Sebagaimana lazimnya manusia, keduanya adalah hal yang umum dilakukan oleh umat manusia di muka bumi untuk memenuhi hajatnya, baik berupa kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, peralatan dan kebutuhan lainnya.

Hal mana yang demikian berbeda dengan bangsa jin dan malaikat. Mereka tidak melakukan kedua hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Kedua hal itulah yang dijadikan hujjah oleh para penanya, untuk menunjukkan tidak layaknya Adam As sebagai "kandidat khalifah" dibandingkan diri mereka. Mereka membandingkan kedua "pekerjaan" calon khalifah tersebut dengan "dua pekerjaan" para penanya, yakni "bertasbih" dan "menyucikan:

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ

"sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau"

Sebagai penutup tulisan ini, layak pula disebutkan bahwa "surga" yang menjadi tempatan Adam As, juga bukanlah Jannah Al-ma'wa, tetapi suatu taman yang "mirip dengan surga". Bisa dikatakan sebagai "raudhatun min riyadh al-jannah".

Mengenai ini, dapat dibaca pada tulisan berikutnya, di sini.

Kesimpulan:

1. Adam As adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, dan tidak ada manusia lain kecuali ia adalah berasal dari beliau As, baik secara langsung darinya maupun melalui anak cucunya.

2. Tujuan penciptaan Adam As adalah menempatkan manusia di muka bumi sebagai khalifah. Ini adalah blueprint sebelum penciptaannya, sebagaimana dalam hadits sohih 
).

3. Ayat pada surah Al-Baqarah 2:30 bertema pengumuman Tuhan di suatu majlis, akan penciptaan Adam As dan keputusanNya untuk menjadikan Adam As sebagai khalifah di muka bumi. Majlis ini terjadi sebelum perintah kepada kalangan malaikat untuk sujud (menghormat) kepada Adam As.

4. Penggunaan kata "malaikat" bukan menunjukan jenis / bangsa, tetapi menunjukkan sifat / kalangan. Kalangan malaikat yang hadir saat itu tidak hanya berasal dari bangsa malaikat, namun di dalamnya terdapat pula bangsa jin. Hanya saja sampai dengan saat itu, bangsa jin yang hadir di dalamnya memiliki sifat taat dan patuh pada perintah Allah, sehingga juga disifati sebagai "malaikat". 

5. Terdapat dua kata penunjuk lokasi "fiha" di dalam ayat tersebut, yang masing-masing menunjukan lokasi yang berbeda. "Fiha" yang pertama adalah kata ganti dari "bumi", sebagai lokasi penempatan khalifah, kelak.

6. "Fiha" yang kedua adalah tempat proses penciptaan Adam As, hingga sebelum beliau ditempatkan ke dalam "surga"

7. Lokasi tersebut (fiiha yang kedua) adalah tempat yang mirip dengan keadaan di bumi. Hal ini diindikasikan oleh ayat dengan penggunaan dua kata kerja "merusak" dan "menumpahkan darah". Kedua kata tersebut dimaknai sebagai "mengambil manfaat" dari berbagai tanam-tanaman dan hewan, yang mana keduanya adalah kegiatan yang lazim bagi manusia untuk memenuhi kehidupan dan lazim pula dilakukan di muka bumi. Dua pekerjaan tersebut menggambarkan usaha untuk hidup. Keadan demikian berbeda dengan keadaan di "surga" yang digambarkan dengan "makan dan minum tanpa susah-payah (tanpa usaha yang berarti)".

Demikian, semoga tulisan kecil ini membuka secercah cakrawala baru dalam memahami sejarah Adam As dan sejarah manusia. Semoga bermafaat.

Wallahu a'lam.


Catatan Kaki:
¹) Surga Al-Ma'wa atau Jannah Al-ma'wa yaitu surga akhirat, tempat kembali bagi hamba-hamba Allah pada hari akhirat.

²) Azazil adalah nama Iblis sebelum terjadi pembangkangan kepada perintah Allah SWT.

³) Al-Baihaqi dalam Sya'bul Iman, fasal ma'rifah Al-malaikah
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرَانَ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرِو بْنُ السَّمَّاكِ، حدثنا حَنْبَلُ بْنُ إِسْحَاقَ، حدثنا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حدثنا عَبَّادٌ، عَنْ سُفْيَانَ بْنِ حُسَيْنٍ، عَنْ يَعْلَى بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: " كَانَ اسْمُ إِبْلِيسَ عَزَازِيلَ، وَكَانَ مِنْ أَشْرَافِ الْمَلَائِكَةِ مِنْ ذَوِي الْأَرْبَعَةِ الْأَجْنِحَةِ، ثُمَّ أَبْلَسَ بَعْدُ "

⁴) Al-Qurtubi dalam tafsir ayat di atas menuliskan:
وَقِيلَ: إِنَّ الْمَلَائِكَةَ قَدْ رَأَتْ وَعَلِمَتْ مَا كَانَ مِنْ إِفْسَادِ الْجِنِّ وَسَفْكِهِمُ الدِّمَاءَ. وَذَلِكَ لِأَنَّ الْأَرْضَ كَانَ فِيهَا الْجِنُّ قَبْلَ خَلْقِ آدَمَ فَأَفْسَدُوا وَسَفَكُوا الدِّمَاءَ، فَبَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِمْ إِبْلِيسَ فِي جُنْدٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فَقَتَلَهُمْ وَأَلْحَقَهُمْ بِالْبِحَارِ وَرُءُوسِ الْجِبَالِ
"Diceritakan bahwa sesungguhnya para malaikat telah melihat dan mengetahui kerusakan dan pertumpahan darah yang dilakukan oleh bahwa jin. Hal tersebut karena sebelum penciptaan Adam As, telah ada bangsa jin ada di muka bumi, yang melakukan pengrusakan dan penumpahan darah. Maka Allah SWT mengutus Iblis (Azazil) bersama para tentara malaikat menumpas dan menghalau mereka ke berbagai laut dan puncak-puncak gunung."

⁵) Shohih Bukhari dalam kitab ahadits al-anbiya
الجزء رقم :4، الصفحة رقم:158

3409 حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى، فَقَالَ لَهُ مُوسَى : أَنْتَ آدَمُ الَّذِي أَخْرَجَتْكَ خَطِيئَتُكَ مِنَ الْجَنَّةِ. فَقَالَ لَهُ آدَمُ : أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَاتِهِ وَبِكَلَامِهِ، ثُمَّ تَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قُدِّرَ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ ؟ ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى ". مَرَّتَيْنِ.


"Adam As mengalahkan argumen Musa As, berkata Musa As, Engkau Adam, yang bersalah sehingga mengeluarkan dirimu (dan keturunanmu) dari surga?
Lalu Adam As menjawab, Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan risalah dan kalamNya, lalu engkau berhujjah padaku tentang perkara yang Allah telah tetapkan (keputusannya) sebelum aku diciptakan? (Bahwa manusia akan ditempatkan kehidupannya di muka bumi). Maka berkata Rasulullah Saw, maka Adam benar hujahnya atas Musa, (beliau Saw) mengatakan demikian dua kali"





 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Pujian Rasulullah SAW pada Abu Bakar RA dan Ali RA

 Sabda Nabi SAW: "لا يعرف الفضل لأهل الفضل إلاّ ذوو الفضل" "Tidaklah mengetahui keutamaan yang dimiliki oleh orang yang utama, kecuali dia juga seorang yang memiliki keutamaan ". Kalimat di atas diucapkan oleh Rasulullah SAW pada suatu hari, ditujukan pada dua orang sekaligus. Bagaimana ceritanya? Pada suatu hari, Rasulullah SAW berada di masjid beliau yang penuh sesak oleh para sahabat. Mereka semua berupaya mendekat pada Nabi SAW yang sedang menyampaikan risalah agama. Di samping Rasulullah SAW adalah Abu Bakar Ra . Dalam keadaan demikian, datanglah Ali bin Abu Thalib Kw  memasuki masjid dan berupaya mencari tempat kosong untuk duduk dan bergabung mendengar dari Rasulullah Saw. Melihat itu, Abu Bakar Ra bergeser sedikit demi sedikit menjauhi Nabi, membuat ruang kosong antara beliau dengan Nabi Saw, lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada Ali Kw, supaya duduk di antara Rasulullah Saw dan dirinya. Melihat itu, Rasulullah tersenyum senang dan mengucapkan ka

Follower

Cari Blog Ini