Langsung ke konten utama

Surga Adam As Ditempatkan Bukan Surga Al-Ma'wa

Pendahuluan

Pada tulisan lalu, kita telah bahas bersama, di mana lokasi penciptaan dan proses hidup Adam As sebelum ia ditempatkan di "surga".
Bagi yang belum membaca, tulisan tersebut dapat Anda baca di sini.

Pada kali kedua ini, kita akan gali lebih dalam untuk mendapatkan informasi lanjutan, apakah "surga" di mana Adam as ditempatkan adalah surga Al-ma'wa atau bukan.
Mari kita sama-sama bahas.

Bismillahirrahmanirrahim.
Kita simak ayat kita, sebagai berikut:
Al-Baqarah 2:35

وَقُلْنَا يَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

"Dan Kami katakan kepada Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga ini dan makanlah oleh kalian berdua, darinya, sepuas hati yang kalian kehendaki dan janganlah kalian dekati pohon ini, (jika tidak) maka kalian berdua akan termasuk orang-orang yang berbuat zalim"

Sedikit berbeda, pada surah Al-A'raf 7:19, terdapat perbedaan redaksi, sebagai berikut:


وَيَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
"Dan (Allah berfirman), wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga, maka makanlah sebagiannya apa saja yang kamu berdua ingini, dan jangan kalian dekati pohon ini, maka (jika demikian) kalian berdua akan termasuk orang-orang yang berbuat zalim"

Kedua ayat di atas menggambarkan firman Tuhan kepada Adam As, setelah peristiwa perintah sujud dan pembangkangan Iblis.

Pembahasan 

Mari kita lihat setahap demi setahap.
1. Kata (اسكن) adalah kata kerja perintah yang berasal dari kata (سكن) yang memiliki makna dasar "tempat tinggal" dan "menetap". 
Kata "sakinah" (سكينة) yang mengandung makna "tenang", "tenteram" dan "masa yang lama"  juga terambil dari akar kata yang sama.

Penggunaan kata ini dalam ayat di atas menunjukkan setidaknya terdapat 2 makna, yakni:
a. Penempatan pada lokasi baru yang berbeda dari tempat tinggal sebelumnya. Pada tulisan sebelumnya telah kita bahas bahwa tempat tinggal Adam As sebelumnya adalah tempat yang lebih mirip dengan kehidupan di muka bumi. Di mana di dalamnya terdapat tuntutan untuk bekerja keras dalam rangka hidup dan tumbuh kembang. Lalu, setelah peristiwa berhasilnya ujian Adam As, ia ditempatkan di lokasi baru, yang berbeda dengan lokasi sebelumnya.

b. Penggunaan kata tersebut mengindikasikan bahwa penempatan di tempat yang baru dimaksudkan untuk masa tinggal yang panjang. Di mana "kepindahan" ini bersifat untuk menggantikan tempat tinggal sebelumnya.

Jadi, di dalamnya seolah terdapat "pengharapan" kepada Adam As untuk berupaya sekuat tenaga, untuk hidup mengikuti wahyu, agar bisa tinggal selama mungkin di dalamnya.

Mari kita bandingkan penggunaan kata tersebut pada ayat yang lain.

Penggunaan (سكن) kata pada kisah kepindahan Bani Israel ke Palestina

Al-A'raf 7:161
وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ ٱسْكُنُوا۟ هَٰذِهِ ٱلْقَرْيَةَ وَكُلُوا۟ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا۟ حِطَّةٌ وَٱدْخُلُوا۟ ٱلْبَابَ سُجَّدًا نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطِيٓـَٰٔتِكُمْۚ سَنَزِيدُ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan ingatlah peristiwa ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil), tinggallah kalian menetap di negeri kecil ini (Palestina), dan makanlah sebagian darinya yang kalian kehendaki, dan katakanlah "bebaskanlah kami dari dosa", dan masukilah pintunya dengan bersujud, akan Kami ampuni kesalahan kalian dan akan kami tambah (nikmat dan kebaikan) bagi orang-orang yang berbuat baik.

Ayat di atas menggambarkan kepindahan rombongan Musa As bersama seluruh Bani Israil dari negeri Mesir ke negeri baru yang saat itu keadaannya lebih sederhana, sehingga digunakan kata "dusun" (قرية) yakni Palestina.
Dalam ayat di atas digunakan kata yang sama yakni "tinggallah menetap" (اسكنوا) bentuk jamak dari (اسكن).

Bani Israil sebelumnya telah lama tinggal di Mesir. Mereka menetap sejak masa Yusuf As menjadi salah satu raja di bawah Fir'aun, yang menguasai perbendaharaan dan pengaturan industri utama Mesir saat itu, yakni perkebunan gandum. Pada masa Yusuf As, Bani Israil hidup dalam kenyamanan dan menikmati privilese sebagai keluarga raja.

Diperkirakan, Bani Israil tinggal di Mesir sekitar 300 tahun, di mana menurut catatan Ali Akbar dalam bukunya, "Arkeologi Al-Qur'an" (2020), Nabi Yusuf As tinggal di Mesir sekitar tahun 1630 SM hingga 1520 SM. Sedangkan Fir'aun pada masa Nabi Musa As berkuasa hingga sekitar tahun 1212 SM ¹).

Pada akhirnya, Bani Israil tidak lagi hidup nyaman, bahkan hidup dalam penderitaan, akibat perbuatan mereka sendiri. Pada masanya, Nabi Musa As berhasil membawa Bani Israil keluar dari negeri Mesir, untuk mengakhiri penderitaan mereka dan membawa ke negeri Palestina sebagai tempat tinggal baru.

Bani Israil kemudian tinggal sangat lama di Palestina hingga masa selepas Nabi Sulaiman As. Pasca wafatnya Sulaiman As, kerajaan Bani Israil terpecah-pecah hingga akhirnya dikalahkan bangsa lainnya dan mereka terpaksa eksodus tercerai-berai keluar dari negeri Palestina.

Kembali pada pembahasan kita, bahwa penggunaan kata (سكن) pada ayat tersebut menandakan bahwa Bangsa Israel akan menetap di tempat baru dalam kurun waktu yang lama.

Untuk lebih yakin lagi, mari kita lihat pada ayat yang lain.

Penggunaan kata (سكنpada kepindahan Ismail As dan ibunya

Surah Ibrahim 14:37
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ ...
"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku (sesuai perintahMu) telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tiada tumbuhan padanya, di sisi BaitMu Al-Muharam..."

Ayat di atas berisi doa Nabi Ibrahim As, pada peristiwa di mana Ia membawa istrinya, Siti Hajar bersama putra sulungnya yang masih dalam masa susuan, yakni Ismail As, lalu beliau meninggalkan keduanya di lembah Mekah.

Dalam ayat tersebut digunakan kata "aku menempatkan" (أسكنت) yang juga menggunakan kata dasar yang sama (سكن), yang secara konsisten menunjukkan bahwa tempat tersebut diharapkan akan menjadi tempat tinggal baru, untuk menetap, untuk masa yang lama. Terbukti dalam sejarah kenabian, sebagian bangsa Arab yang merupakan keturunan Nabi Ismail As tetap tinggal menetap di Mekah, hingga masa Nabi Muhammad Saw, bahkan hingga saat ini.

Mari kita lanjutkan pembahasan ayat berikutnya.
2. Kata kerja (اسكن) adalah kata kerja perintah yang ditujukan pada 1 orang tunggal. Jadi mukhatab (yang diajak bicara) hanya 1 orang, yakni Adam As, sebagaimana disebutkan dalam harf nida (panggilan) pada kata sebelumnya, yakni "wahai Adam" (يا أٓدم). Tetapi di sini ada yang tampak aneh, yang akan kita paparkan pada poin berikutnya.

3. Kata "engkau dan istrimu" (أنت وزوجك). Sebagaimana disebutkan pada poin sebelumnya, bahwa perintah untuk menetap di surga ditujukan kepada 1 pribadi, yakni Adam As. Namun berikutnya disebutkan 2 nama, yakni Adam As dan Siti Hawa, sehingga di sini nampak terdapat sedikit keanehan.

Setidaknya di sini terdapat 2 hal penting:
a. Penggunaan kata kerja perintah tunggal (اسكن) menunjukkan bahwa Siti Hawa tidak berada dalam majlis khitabah, sehingga dimungkinkan bahwa saat perintah ini disampaikan langsung kepada Adam As, beliau hanya sendiri. Sehingga penyebutan "engkau dan istrimu" bermakna perintah untuk mengajak istrinya ikut serta masuk ke dalam "surga".

b. Penyebutan Adam As dan Hawa secara jahr (terbuka) bermakna pengkhususan (takhsis) yang mengindikasikan bahwa "surga" tempat keduanya menetap diperuntukkan khusus buat keduanya, bukan untuk keturunannya. Sehingga mengindikasikan bahwa Keduanya tidak akan berketurunan di dalamnya.

Mari perhatikan, bahwa penggambaran hidup di dalam "surga" tersebut semuanya menggunakan kata kerja perintah untuk dua orang (Adam As dan Siti Hawa), yakni:
- Menikmati makanan surga, dengan redaksi "makanlah oleh kalian berdua" (كلا)
- Sepuasnya oleh kalian berdua (حيث شئتما)
- Larangan keduanya mendekati pohon tertentu (لا تقربا)
- Akibat bagi keduanya jika larangan tersebut dilanggar (تكونا من الظالمين)

Mengapa?
Sebab, walaupun keduanya berpotensi akan tinggal sangat lama di dalam "surga tersebut", tetapi hanya berlaku bagi mereka berdua, bukan untuk keturunannya.

Sekarang, mari kita bandingkan dengan peristiwa Nabi Ibrahim As, pada lanjutan doa beliau di dalam surah Ibrahim 14:37 di atas:

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku (sesuai perintahMu) telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tiada tumbuhan padanya, di sisi BaitMu Al-Muharam, wahai Tuhan kami, (yang demikian itu), supaya mereka (keturunanku) menegakkan sholat. Maka jadikanlah hati dari sebagian bangsa manusia cenderung (mencintai dan berkasih-sayang) kepada mereka, dan limpahkan rezeki kepada mereka dari berbagai macam buah-buahan agar mereka bersyukur."

Apakah Anda dapat melihat perbedaannya?

Pada peristiwa Nabi Ibrahim As, yang ditinggalkan di tempat baru dari keluarganya hanya 2 orang saja, yakni Ibunda Hajar dan Ismail As. Bahkan apabila merujuk pada kata "sebagian keturunan" (من ذريتي), maka yang ditunjuk hanya Ismail As seorang. 
Namun, mari perhatikan pada ayat tersebut bahwa keseluruhan doanya menggunakan bentuk jamak, yakni:
- Agar mereka menegakkan sholat (ليقيموا)
- Cenderung kepada mereka (تهوي إليهم)
- Limpahkan rezeki kepada mereka (وارزقهم)
- Supaya mereka bersyukur (لعلهم يشكرون)

Mengapa demikian?
Sebab, sejatinya Nabi Ibrahim As sedang mengikuti rencana Tuhan dengan menempatkan Ismail As di lokasi tersebut untuk waktu yang sangat lama, sehingga ia berketurunan, beranak-pinak di tempat tersebut. Ismail As dan seluruh anak-pinak keturunannya itulah yang disebut dalam doa Nabi Ibrahim As dengan sebutan bentuk jamak "mereka".

Dan, sekali lagi gambaran tinggal dalam kurun waktu yang sangat lama itu terangkum dalam penggunaan kata (سكن).

Sekarang, kita lanjutkan pembahasan dalam poin berikutnya.

4. Kata "dari" (من). Sebuah kata sederhana ini adalah kata kunci, yang menunjukkan bahwa "surga" yang menjadi tempat kediaman baru bagi Adam As dan Siti Hawa, bukanlah surga Al-Ma'wa.
Apa alasannya? kita lihat 3 argumentasi di bawah ini.

3 Argumentasi

A. Makna Sebagian

Kata "dari" (من) menunjukkan makna "sebagian" (تبعيض). Kata ini menjelaskan adanya "pembatasan manfaat / benefit" atas berbagai kenikmatan yang ada dalam "surga" itu. Sedangkan ciri surga Al-Ma'wa yang pertama adalah bersifat keseluruhan dalam kenikmatan, tanpa adanya pembatasan (bersifat totalitas).

Pada surah Al-Baqarah 2:35, digunakan kata "sebagian dari nya" (منها), atau sebagian dari keseluruhan "surga".

Sedangkan pada surah Al-A'raf 7:29, digunakan kata "sebagian dari yang kalian ingini" (من حيث شئتما), atau sebagian dari pemuasan keinginan.

Hal yang demikian tidak sama dengan ciri surga Al-Ma'wa, yang di dalamnya bersifat totalitas tanpa pembatasan manfaat. Kita bisa saksikan bahwa semua ayat yang berbicara tentang kenikmatan surga Al-Ma'wa di akhirat nanti, tidak memiliki "pembatasan kenikmatan" sehingga bersifat totalitas.

Mari kita lihat beberapa contoh ayat.

At-Tur 52:19
كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
(Dikatakan kepada mereka), “Makan dan minumlah dengan nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.”

Berikutnya:
Al-Haqqah 69:24
كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَآ أَسْلَفْتُمْ فِى ٱلْأَيَّامِ ٱلْخَالِيَةِ
(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”

Juga:
Al-Mursalat 77:43
كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
(Dikatakan kepada mereka), “Makan dan minumlah dengan nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.”

Totalitas seperti itu tidak digambarkan kecuali dalam Surga Al-Ma'wa.

Berbeda dengan tempat yang lain, termasuk di dunia. Semua perintah menikmati makanan di dunia selalu menggunakan kata "dari" (من).

Mari kita lihat beberapa contohnya, sebagai berikut:

Al-Baqarah 2:168
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Walau manusia, makanlah sebagian dari apa-apa yang ada di bumi yang bersifat halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu"

Kata "sebagian dari apa-apa" (مِمّا) berasal dari kata (من) dan (ما).

Contoh berikutnya:
Al-Ma'idah 5:88
وَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًاۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤْمِنُونَ
"Dan makanlah sebagian dari apa-apa yang Allah telah anugerahkan kepadamu yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah, yang engkau beriman kepada-Nya"

Di dalamnya juga terdapat kata yang sama (مِمّا).

Ada ayat yang tidak menggunakan kata "dari", tetapi tetap saja disebutkan adanya pembatasan.

Al-A'raf 7:31

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
"Wahai anak-anak Adam, kenakanlah perhiasanmu (pakaian yang bagus) ketika ke masjid (beribadah), dan makanlah dan minumlah (rezeki dari Allah), dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Ia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan"

Dalam ayat di atas, bentuk pembatasannya menggunakan frase "jangan berlebihan" (ولا تسرفوا) yang menunjukkan sifat tidak totalitas.

Demikian pula penggambaran Adam As dan Siti Hawa di dalam "surga tersebut" disertai pembatasan.
Bahkan pada kedua ayat tersebut, baik Al-Baqarah 2:35 dan Al-A'raf 7:19 ditambahkan kalimat "jangan kalian dekati pohon ini" (وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ), yang menegaskan adanya pembatasan benefit tersebut.

B. Pembatasan waktu.

Tinggal di surga Al-Ma'wa bersifat permanen, selamanya.
Al-Baqarah 2:82
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka mereka itu adalah para penduduk surga, mereka kekal di dalamnya".

Bahkan, setiap yang telah memasukinya maka tidak akan lagi dikeluarkan darinya.
Al-Hijr 15:48
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ
"Mereka tidak merasakan lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya."

Hal demikian berbeda dengan keadaan Adam As dan Siti Hawa, yang pada akhirnya mereka dikeluarkan darinya.

C. Makna "jannah"

Kata "jannah" yang berarti "surga", berasal dari kata dasar (جنن), yang memiliki makna terlindung, terjaga, tersembunyi dan terpisah dari lainnya.

Beberapa kata yang berasal dari kata tersebut antara lain:
- "jin" (الجِن) artinya bangsa jin. Mereka disebut demikian lantaran keadaan mereka yang tersembunyi / tertutup dari bangsa manusia.

- "junnah" (الجُنّة) berarti tameng atau perisai. Disebut demikian sebab benda tersebut berfungsi sebagai alat untuk melindungi atau menjaga penggunanya.

- "Jinnah" (جِنَّة) berarti gila atau penyakit gila. Disebut demikian lantaran orangnya terasing dari kehidupan manusia pada umumnya. Ia seperti memiliki kehidupan tersendiri yang terpisah, berbeda dari kehidupan orang yang sehat umumnya.

Demikian pula kata "jannah" tidak selalu berarti surga. Ia bisa berarti kebun yang subur atau taman yang indah yang ada di bumi, sebagaimana ayat ini:
Al-Qalam 68:17

إِنَّا بَلَوْنَٰهُمْ كَمَا بَلَوْنَآ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا۟ لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
"Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari".

Ayat di atas berbicara mengenai orang-orang kafir Quraisy pada masa Nabi Saw. Dan jannah yang dimaksud adalah sebuah kebun subur yang ada di dunia.

Demikian pula ayat ini:
Saba' 34:15

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍۖ كُلُوا۟ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
"Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah "jannah" (kebun) di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Kata jannah di atas juga berarti 2 buah kebun yang dimiliki Kaum Saba pada masa lampau yang ada di bumi.

Kebun yang subur dan taman yang indah disebut "jannah" karena adanya sifat keterjagaan dan terlindung, yang berbeda dengan keadaan kebun-kebun atau taman-taman lainnya.

Oleh karena itu, dari paparan di atas tampak jelas dan dapat kita simpulkan bahwa ciri-ciri surga yang ditempati Adam tidak sama dengan ciri-ciri surga Al-Ma'wa.

Penutup

Demikian sekelumit tentang informasi terkait sifat "surga sementara" yang bersifat terbatas dan surga Al-Ma'wa yang bersifat totalitas dan abadi.

Oleh karenanya, kami cenderung pada pendapat bahwa surga yang ditempati Adam bukanlah surga Al-Ma'wa, tetapi suatu tempat yang mirip seperti surga Al-Ma'wa.
Di mana di dalamnya Adam As dan Ibunda Hawa dapat merasakan berbagai kenikmatan "surgawi" termasuk di dalamnya tidak merasakan susah dan letih.

Wallahu a'lam


Catatan kaki:






Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Usia Nabi Ismail AS ketika peristiwa penyembelihan

Usia Nabi Ismail Saat Peristiwa Penyembelihan Oleh : Almar Yahya Cukup banyak pendapat yang menyatakan bahwa usia Nabi Ismail saat peristiwa penyembelihan pada kisaran 6-7 tahun. Penuturan kisah ini senantiasa diulang sepanjang masa karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah qurban setiap bulan Dzul Hijjah. Dari kisah ini dapat digali banyak sekali hikmah dan pelajaran yang berharga bagi kehidupan manusia baik aspek pendidikan, kemanusiaan, filsafat, spiritual dan lain sebagainya. Namun, apakah benar kisaran usia tersebut?  Kami berpendapat bahwa ketika itu usia (nabi) Ismail As telah sampai pada usia baligh (mencapai kisaran usia 14-15 tahun) dan masuk pada fase ke-3 masa pendidikan anak ( 15 - 21). Kita akan sedikit menggali dari kisah yang disampaikan Allah SWT dalam Alquran, surat Asshofat. Mari kita perhatikan surat Asshofat ayat 102 sbb : فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَر

Follower

Cari Blog Ini