Langsung ke konten utama

Nubuwah : APAKAH SEJARAH AKAN BERULANG

Nubuwah : "SEJARAH AKAN BERULANG... KAH?" (Sebuah Esai)


Dahulu...¹)

Sebelum kelahiran Isa As, kaum Yahudi ada dalam tindasan kuasa Romawi.

Lalu..., nubuwah Taurat tentang kedatangan Mesiah mereka ketahui.

Dengan itu mereka berharap sangat kuat, hingga menjadi keyakinan, bahwa Messiah akan datang, seorang Israel seperti Dawud As. Atau Sulaiman As:

"Sosok yg kuat, perkasa dan berkuasa yang dapat mengalahkan Romawi dan menjadikan bangsa Israel sebagai penguasa dunia".

Ternyata..., sosok yang datang pupuskan harapan : 
"Ya, seorang Israel. Tapi lemah-lembut, bahkan tidak tertarik kekuasaan". 
Ia hanya diutus membawakan pengabaran, pelengkap Taurat : Injil untuk menghapus talmud, menghilangkan kuasa sementara Imam Israel terhadap legitimasi Taurat.

Lalu mereka kecewa dan marah sejadi-jadinya: 
"Putra Maryam As harus dihukum di hadapan seluruh manusia dan disingkirkan selama-lamanya".
Luap marah juga berbuah: "kecewa". Penghukuman gagal total.

Lebih 600 tahun kemudian..., nubuah Alkitab mereka pahami: akan datang nabi terakhir keturunan Ibrahim yang akan melepaskan manusia seluruhnya dari kegelapan menuju cahaya. Menuju kemerdekaan hakiki.

Lalu..., mereka berharap hingga menjadi keyakinan, bahwa sosok itu adalah: 
"Seorang Israel yang seperti Musa", Ia akan menyatukan seluruh cerai-berai Israel, membebaskannya dari kuasa berbagai bangsa.
Sebagaimana dulu Musa As membebaskan Israel dari Fir'aun, lalu mengangakatnya menjadi bangsa penguasa.

Ternyata..., lagi-lagi yang muncul adalah sosok di luar harapan mereka: 
"Ya, keturunan Ibrahim, tapi Arab dan ummi" ²)
Sedangkan Arab adalah bangsa yang tidak mereka sukai.

Lalu mereka kecewa dan marah sejadi-jadinya: 
"Muhammad harus disangkal, ditolak, ditipu dan mereka harus bekerja sama dengan semua bangsa, menindas, melawan sehabis-habisnya hingga tumpas-tuntas".

Namun semua makar, tipu dan setiap kuasa tak punya daya di hadapan Sang Pemilik kuasa.

Bahwasanya..., penulis sejarah sesungguhnya adalah Tuhan itu sendiri.

Sedangkan mereka para konseptor rekayasa dan pembuat makar, tak lebih dari bagian atribut sejarah.

Sekuat-kuat daya, upaya dan bahkan diri mereka sendiri, hanyalah berupa segaris tinta yang ditoreh di atas kertas sejarah.

Nubuwah belum berakhir..., Messiah terakhir alam dunia akan muncul kemudian, menggenapi sejarah-penciptaan dan memenuhi dunia dengan keadilan.

Siapa kelak sang Messiah, sang Mahdi?
Para penanti berbaris sesak. Kini tak hanya Israel, tapi manusia semua bangsa. 
Kian hari kian sesak. Gemuruh harapan, angan dan keinginan sesak pula di kantong-kantong mereka.
Namun bergelayut menggantung di atas mereka..., bergulung awan kecewa, marah dan serapah. Bersiap menampuki wajah dan dada para penanti.

Apakah sejarah akan berulang kembali?


Wallahu a'lam

Catatan:

¹) Catatan ini adalah nubuwah dalam perspektif agama Islam
²) Ummi secara literal berarti tidak pandai membaca dan menulis. Tapi secara makna bagi Nabi Muhammad Saw adalah, bahwa bahwa Beliau tidak pernah membaca (belajar) dari literatur kitab-kitab sebelumnya. Bagi Nabi Saw, ini adalah bukti keterjagaan, bahwa segenap pengetahuan beliau langsung berasal dari Tuhan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan...

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema...

Perbedaan Husna dan Ihsan

Apa Perbedaan "Husna" dan "Ihsan" Husna Secara bahasa, " husna " adalah kata benda bentukan dari kata kerja intransitif ¹) " hasuna " (َحَسُن) yang berarti "berbuat baik". Pelakunya ( fa-'il ) adalah " hasan " (حَسَنٌ). Oleh karena itu, secara bahasa, " husna " itu wujud pekerjaan baik, karena sifat subyeknya memang sudah baik sejak mula. Apa yang bisa kita pahami dari rumus bahasa ini? Orang yg baik ( hasan ) maka "lazimnya" perbuatannya akan baik ( husna ) Sebaliknya, orang yang asalnya sudah buruk tidak bisa menghasilkan perbuatan baik. Jika ia berbuat "tampak" baik, maka sifat baiknya itu semu. Sehingga disyaratkan ia harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya. Setelah sifat buruknya berubah menjadi baik, baru ia bisa menghasilkan output berupa pekerjaan baik. Demikian kita sebagai manusia, terikat oleh hukum ini. Tidaklah mungkin kita berharap outpun amal kita tergolong amal shalih, bila ...

Follower

Cari Blog Ini