Langsung ke konten utama

"Keajaiban Alif Lam Mim" : Belajar dari Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat ke-1

 "Keajaiban Alif Lam Mim" : Belajar dari Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat ke-1


Bismillahirahmanirrahim,

Surah Al-Baqarah ayat 1 berbunyi :

الۤمّۤ

"alif lam mim"

Ini adalah ayat yang ajaib. Kitab yang amat penting yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia khusus, untuk disampaikan kepada seluruh alam, teryata dimulai dengan ayat seperti ini.

Deretan huruf hijaiyah yang tidak bisa dibaca, kecuali dengan membaca huruf-hurufnya secara eja. Tentu saja tidak ada yang tahu artinya, sebab dalam bahasa arab, seluruh kamus di dunia tidak ada yang mencantumkan kata tersebut, apalagi mengetahui kategorinya, apakah ia berupa kata kerja, kata sifat, kata benda atau lainnya : buntu, tidak seorang tahu.

Namun, para ulama telah berupaya menelaah dan mencari apa makna dan hikmah dari ayat yang ajaib ini, lalu mereka mendapati kekaguman pada Yang menurunkannya : Allah Swt, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

Setidaknya, kami kumpulkan sedikitnya 8 poin, yang pada kesempatan ini, sama-sama akan kita telaah makna dan hikmanya yang amat dahsyat.


1. Ayat Mutasyabihat : makna batin

Para ulama sepakat, bahwasanya ayat yang berisi huruf muqotho'ah 1) termasuk kelompok ayat mutasyabihat, yang memiliki makna batin.

Dalam surah Al-Imran ayat 7, Allah Swt berfirman :

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

"Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad). Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan keraguan) dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui takwilnya, kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali ululalbab".

Terdapat 2 pendapat dalam memahami ayat di atas :

1. Hanya Allah Swt saja yang tahu.

Menurut pendapat ini, tidak ada seorangpun manusia yang tahu makna dari ayat mutasyabihat. Manusia hanya dapat mencari hikmahnya saja, bukan maknanya. Lalu, apa hikmahnya?

Bahwa Allah Swt menunjukkan keagungangnya di hadapan seluruh makhluk. Bahwasanya ilmu Allah Swt tidak mungkin bisa dicapai oleh makhluknya, sebagaimana ayat mutasyabihat tidak mampu dijangkau maknanya oleh segenap makhluk-Nya.

2. Yang mengetahui maknanya hanyalah Allah Swt dan para "rasikhun"

Menurut pendapat ini, Allah Swt memberikan izin bagi para rasikhun, -yang artinya orang yang mendalam dan kuat ilmu dan imannya- untuk mengetahui makna terpendamnya. Di antara mereka adalah para nabi, auliya dan para ulama yang mana Allah Swt membukakan bagi mereka makrifat dan ilmu atas sebagian dari perkara batin, termasuk di dalamnya ayat mutasyabihat.


2. Mewakili keseluruhan ayat-ayat Alquran

Alif, lam dan mim yang ditempatkan pada permulaan Alquran "seolah" hendak menyampaikan kepada pembacanya, bahwa seluruh ayat Alquran, di samping memiliki makna lahiriah, ia juga memiliki makna batiniah

Sehingga untuk memahami dengan benar, maka pembaca Alquran mesti terlebih dahulu bergantung kepada yang mengetahuniya, yakni (hanya) Allah Swt (menurut pendapat pertama di atas) dan belajar dari para rasikhun (menurut pendapat kedua).

3. Makna Hidayah

Alquran adalah petunjuk bagi seluruh manusia, terutama bagi kaum yang beriman. Lalu dari mana datangnya petunjuk itu? Tentu saja dari Sang Pencipta : Allah Swt yang menurunkan Alquran sebagai kalam-Nya.

Bagaimanapun seseorang membaca dan mempelajari Alquran, apabila Allah Swt tidak memberikan izin hidayah itu baginya, maka ayat-ayatnya hanya akan "serupa" dengan alif, lam dan mim yang tertutup dari jangkauan manusia.

Sebagai petunjuk, maka fungsi ini hanya akan terwujud jika manusia berakhlak dan beradab kepada Alquran. Lalu, bagaimana cara berakhlak kepada Alquran? 

- Akhlak kepada Alquran adalah dengan memenuhi haknya,  yakni meliputi: membaca, mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya.

- Sedangkan beradab kepada Alquran meliputi cara memperlakukannya, seperti berwudhu, menghadap kiblat, membaca dengan tartil dan sesuai tajwid, menempatkan pada posisi yang terhormat dan sebagainya.

Tentu saja pintu petunjuk itu hanya Allah Swt yang menguasainya. Dia yang menurunkan dan Dia pula yang kelak mengambilnya kembali. Sebagaimana kelak, menjelang hari kiamat, Alquran akan hilang tulisanya, setelah "tidak lagi" sorangpun merasa memerlukannya.


4. Makna Tantangan (tahaddy)

Alquran adalah kalamullah, yang disusun dalam huruf-huruf yang dikenal manusia, sebagaimana huruf-huruf alif, lam dan mim. Namun Alquran tampil perkasa di hadapan manusia, sehingga salah satu bentuk mukjizatnya adalah, bahwa Alquran tidak mampu disamai oleh karya literasi bangsa manusia manapun, bahkan digabung bangsa jin sekalipun.

Sejak permulaannya, melalui aliflam dan mim, Alquran menyuarakan tantangannya, sebagaimana dalam surah Al-Isra 88:

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

"Katakanlah (wahai Nabi Saw), “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Alquran ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya."

Lalu tantangan itu ditingkatkan lagi, untuk menyamai "cukup dengan 10 surah saja", tidak perlu "keseluruhan" Alquran. Sebagaimana dalam tantangan itu disuarakan dalam surah Hud 13:

اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

"Bahkan, apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Alquran) itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Alquran) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar"

Tidak berhenti di sini, tantangan bahkan ditingkatkan lagi, dengan cukup menghadirkan "sebuah surah" yang serupa. Lihat surah Al-Baqarah 23:

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

"Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Alquran) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), maka buatlah satu surah saja yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar".

Upaya untuk "mencoba tantangan" tersebut bukannya tidak pernah dilakukan, bahkan tercatat dalam sejarah, berkali-kali terjadi "percobaan" tersebut salah satunya dilakukan segera setelah wafatnya Nabi Saw. Namun terbukti bahwa "karya-karya" yang coba dihadirkan tersebut ternyata jauh sekali dari menjawab. Jangankan menyamai, mendekatipun tidak.

 

5. Makna Penjagaan (Hifdz ul-Qur'an)

Setiap orang yang memperhatikan alif lam mim akan mendapati bahwa huruf-huruf hijaiyah ini adalah hurur-huruf yang sama yang digunakan dalam berbagai literasi. Huruf-huruf yang digunakan manusia untuk mencatat dan menulis, termasuk menulis kitab-kitab samawi yang lain. Bahkan lebih dari itu, hufuf alif, lam dan mim juga terdapat dalam abjad ibrani yang digunakan dalam penulisan Taurat dan Injil. 

Namun "seolah" Alquran bicara, bahwa, kali ini, huruf-huruf ini akan mengunci Alquran - kitab wahyu terakhir. Maka, meskipun tersusun dari huruf-huruf yang serupa, kali ini kalian tidak akan mampu untuk mengubahnya. Tidak lagi seperti kitab-kitab Kami sebelumnya, maka Jangan lagi mengganti kitab terakhir ini, mengubah huruf-hurufnya pun kalian tak akan mampu, sebab "Kuasa Kami" akan senantiasa menjaganya, hingga pada huruf-hurufnya.

Dalam surah Al-Hijr 9, Allah Swt berfirman :

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya"

Taurat berisi "hukum" Allah Swt, namun -bahkan saat Nabi Musa as masih hidup dan bersama mereka- tidak sampai 40 hari dari Nabi Musa as berkhalwat ke bukit Tursina, Bangsa Yahudi tetah mengubah hukum ter-sakral dari Taurat -hanya menyembah Tuhan- menjadi menyembah patung anak lembu, melalui tangan Samiri. 

Demikian pula injil, selepas kisaran 300 tahun pasca Yesus, terdapat banyak sekali "versi" injil. Naskah tertua yang dapat ditemukan (codex Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrinus, Ephraimi dan Bezae) diklaim berusia 325-450 M, yang mana masing-masing codex memiliki perbedaan naskah. Para pembaca injil saat ini mengambil dari teks-teks terjemah yang tidak langsung terhubung dengan teks dari naskah sumbernya. Tentunya makna dari masing-masing teks terjemah tersebut bersifat variatif dan saling berjarak, karena setiap bahasa memiliki karakteristik yang berbeda.


6. Huruf yang mewakili Alquran

Huruf alif, lam dan mim adalah 3 huruf yang paling banyak digunakan Alquran. Imam An-Nasafi dalam Majmu Al-Ulum wa Mathla An-Nujum merinci bahwa jumlah masing-masing huruf hijaiyah, di mana 3 huruf teratasnya adalah sebagai berikut :

  1. - Alif : 48.740 
  2. - Lam : 33.922
  3. - Mim : 28.922

Sungguh menakjubkan !

Ini salah satu bentuk mukjizat Alquran. Padahal alif lam mim ini bukan ayat yang terakhir turun, sehingga tidak dimungkinkan melakukan ikhtisar untuk mengetahui huruf apa yang paling banyak, untuk digunakan sebagai pembuka surah. 


7. Mewakili Abjad-Abjad Selain Arab.

Semakin menakjubkan, bahwa sebagaimana alif menjadi permulaan abjad Arab, mayoritas abjad yang digunakan oleh peradaban manusia di dunia juga dimulai dengan huruf yang serupa dengannya.

Ibrani dimulai dengan "alef", abjad Latin dengan "A",  Yunani dengan "Alfa", termasuk aksara jawa dengan "Ha" yang jika dibaca vokal, serupa dengan "a"

Tidak hanya itu, hampir seluruh aksara dan abjad di dunia memiliki urutan serupa, di mana "Alif" mendahului "Lam" dan selanjutnya "Lam" mendahului "Mim", meskipun dengan perbedaan jarak.

Dalam huruf Ibrani, huruf "Lamed" mendahului "Mem". Pada abjad Latin, huruf "L" lebih dahulu daripada huruf "M", demikian pula dalam aksara Yunani, "Lambda" mendahului "Mu".

Tidak terkecuali aksara jawa, di mana "La" lebih dahulu daripa "Ma", meskipun tidak secara berurutan.


8. Masing-masing Huruf serupa simbol

Para ulama memilki beragam interpretasi mengenai simbol dari huruf-huruf tersebut.

Di antaranya berpendapat bahwa "alif" dan "lam" bermakna "Allah", sedang "mim" bermakna "Muhammad". 

Ada pula yang memaknai bahwa "alif" bermakna "Allah", "lam" bermakna "alam", "mim" bermakna "Muhammad". 


Dan lain sebagainya, semoga bermanfaat, wallahu a'lam.


Ayat sebelumnya <===         ===> Ayat selanjutnya        = Daftar Isi =



Catatan kaki :

1) Huruf muqotho'ah, berarti huruf yang terpotong, yang digunakan sebagai pembuka beberapa surah dalam Alquran dan tersusun dari 1 hingga 5 huruf hijaiyah. Huruf muqotho'ah meliputi 14 huruf hijaiyah yang berarti setengah dari seluruh 28 hufuf hijaiyah yang dikenal oleh bangsa arab.

Referensi :

- Tafsir Al-Misbah, Prof Dr. Quraisy Syihab

- Tafsir Al-Qurthubi





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" . Pada ayat di atas, penggunaan redaksi "tidak seorang lelaki pun dari kalian" ( مِّن رِّجَالِكُمْ ), menunjukkan penolakan dari Allah SWT, bahwasanya tidak ada seorang lelaki manapun yang merupakan anak yang bersambung nasab kepada Nabi Saw, demikian dugaan tersebut. Benarkah demikian? Mema

Pujian Rasulullah SAW pada Abu Bakar RA dan Ali RA

 Sabda Nabi SAW: "لا يعرف الفضل لأهل الفضل إلاّ ذوو الفضل" "Tidaklah mengetahui keutamaan yang dimiliki oleh orang yang utama, kecuali dia juga seorang yang memiliki keutamaan ". Kalimat di atas diucapkan oleh Rasulullah SAW pada suatu hari, ditujukan pada dua orang sekaligus. Bagaimana ceritanya? Pada suatu hari, Rasulullah SAW berada di masjid beliau yang penuh sesak oleh para sahabat. Mereka semua berupaya mendekat pada Nabi SAW yang sedang menyampaikan risalah agama. Di samping Rasulullah SAW adalah Abu Bakar Ra . Dalam keadaan demikian, datanglah Ali bin Abu Thalib Kw  memasuki masjid dan berupaya mencari tempat kosong untuk duduk dan bergabung mendengar dari Rasulullah Saw. Melihat itu, Abu Bakar Ra bergeser sedikit demi sedikit menjauhi Nabi, membuat ruang kosong antara beliau dengan Nabi Saw, lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada Ali Kw, supaya duduk di antara Rasulullah Saw dan dirinya. Melihat itu, Rasulullah tersenyum senang dan mengucapkan ka

Follower

Cari Blog Ini