Langsung ke konten utama

LAYLA - MAJNUN

LAYLA - MAJNUN


Layla adalah penggambaran Majnun, bukan penggambaran "Layla".


Penggambaran akan pengembaraan, penantian dan harapan akan cinta.

Majnun tidak gila akal, sebab cinta itu perbuatan kalbu. Bagaimana mungkin seorang gila yang tertutup akalnya mampu berbuat "cinta"

Majnun: ia berbentuk maf'ul oleh "janna"; ia berada dlm kepekatan, kesunyian dan kegelapan akan cintanya.


Layla bukan personifikasi.

Bagaimana bisa sesuatu yang tidak akan pernah dicapai, dikarakterkan dengan kata benda yang bisa dijangkau?


Layla: Muasal pertama adalah "malam".

Layla: Hari manusia hanya terdiri dari 2 bagian: malam dan siang. Maka, mana yang lebih dahulu, siangkah atau malamkah?

Layla: Ia yang terdahulu. Seketika mentari terbenam di ufuk, hari bermula : malam.

Layla: Ia terdahulu dan yang melahirkan siang. Sebab adanya siang setelah malam. Tanpa malam hari itu, maka tiada siang hari itu.

Layla: Manakah yang lebih utama, siang atau malam? 

Layla: Malam lebih utama.

Layla: Sholat 5 waktu, hanya 2 yang berada di siang: zuhur dan ashar. Kiranya siang dibelah 4, maka zuhur ada di pertengahan, sedang asar ada di pertengahan kedua: 1/4 sisa siang menjelang malam.

Layla: 3 sholat ada di malam. Seketika malam bermula, Maghrib menjelma: di dalamnya seorang Majnun bersegera luruh dalam simpuh.
Segera, sebab magrhib hanya sesaat.
Berikutnya isya dan seluruh shalawat nafilah yang banyak itu. 

Layla: Menjelang fajar hadirlah shalat pengakhiran malam : Sholat Fajar.
Yang mana, sholat sunnah sebelumnya saja lebih utama dari dunia dan seisinya.


Layla bukan personfikiasi,

Sebab,

La y la : di tengahnya huruf "ya".
Huruf "ya"  adalah "mad". Seharusnya mad untuk "lam fathah" adalah "alif". 
Tapi ia harus "ya", sebab setelahnya ada "ila" yang memerlukan "kasrah". 

Maka,

Layla: adalah "laa ila".

Layla: "La" adalah lam nafi mutlak, ia meniadakan segalanya.
Tapi bagaimana dengan "ila", sedangkan "ila" adalah tujuan.

Layla: "ila" bukan itu, karena ada padanya "huruf bathin" yang wujud namun tak tampak.
Huruf batin: "tasydid"......, maka,

Layla: adalah "LAA" dan "ILLA".

Layla : "LAA ILAAHA ILLALLAH"


Majnun sibuk dalam perjalanannya. Ia berada dalam malam pekat. Bukan malam yang membuat ia terlena, terlantar atau menjadi sesat.

Tapi, justru "suatu malam" yang ia tuju dan harap, yang di dalamnya, hatinya dapat melihat terang, tanpa "terang semu" lainnya.

Sebagaimana pencari bintang dengan teropongnya, ia mencari rimba yang gelap, untuk menemukan bintangnya.


Begitu pula majnun ia terus berlari mencari, mendekap gelap untuk membisikaan dalam ruh kalbunya yang terang: 

"LAA ILAAHA ILLALLAH"





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUBAHAN KATA GANTI ANTUNNA MENJADI ANTUM PADA AYAT TATHHIR AL-AHZAB 33:33, LALU, SIAPA SAJA AHLULBAIT?

Bismillahirrahmanirrahim, Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ayat Tathhir,  Al-Ahzab 33:33 bukan berisi ketetapan Allah yang bersifat tanpa syarat, namun berisi keinginan Allah SWT ( iradatullah ) yang bersyarat. Bagi yang belum membaca, dapat dibaca di sini . Pada tulisan kali ini, kita akan membahas perubahan dhamir (kata ganti) " antunna " ( أنتن ) menjadi " antum " ( أنتم ) dalam ayat tersebut. PENDAHULUAN Dalam bahasa Arab, kata ganti " antunna " ( أنتن ) berarti "kamu" atau "kalian", digunakan untuk orang kedua, plural (jamak) dan feminim (wanita). Jamak berarti orang tersebut terdiri dari 3 orang atau lebih. Orang kedua berarti "kamu" atau "kalian", yaitu orang yang diajak bicara ( mukhatab ). Sedangkan kata ganti " antum " ( أنتم ) digunakan untuk orang kedua jamak, yang terdiri dari hanya laki-laki, atau campuran laki-laki dan perempuan. Al-Qur'an sangat teliti dalam penggunaan...

Perbedaan Husna dan Ihsan

Apa Perbedaan "Husna" dan "Ihsan" Husna Secara bahasa, " husna " adalah kata benda bentukan dari kata kerja intransitif ¹) " hasuna " (َحَسُن) yang berarti "berbuat baik". Pelakunya ( fa-'il ) adalah " hasan " (حَسَنٌ). Oleh karena itu, secara bahasa, " husna " itu wujud pekerjaan baik, karena sifat subyeknya memang sudah baik sejak mula. Apa yang bisa kita pahami dari rumus bahasa ini? Orang yg baik ( hasan ) maka "lazimnya" perbuatannya akan baik ( husna ) Sebaliknya, orang yang asalnya sudah buruk tidak bisa menghasilkan perbuatan baik. Jika ia berbuat "tampak" baik, maka sifat baiknya itu semu. Sehingga disyaratkan ia harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya. Setelah sifat buruknya berubah menjadi baik, baru ia bisa menghasilkan output berupa pekerjaan baik. Demikian kita sebagai manusia, terikat oleh hukum ini. Tidaklah mungkin kita berharap outpun amal kita tergolong amal shalih, bila ...

Al-Ahzab 33:40; Apakah Maksudnya Nasab Nabi Muhammad SAW Telah Terputus?

Bismillahirrahmanirrahim, "Artikel ini membantah 3 klaim utama tentang nasab Nabi: (1)  Klaim terputusnya garis nasab Nabi saw , (2)  Klaim makna 'Al-Ahzab 33:40, bahwa Nabi saw tidak memiliki keturunan , (3)  Klaim makna "Bapak" hanya berarti ayah nasab . Simak bagaimana tafsir linguistik-historis membongkar kesalahan pemahaman ini." Sebagian kaum muslimin ada yang bertanya-tanya, apakah Nabi Saw tidak memiliki anak keturunan yang bersambung nasab kepada beliau. Dengan kata lain, apakah nasab Nabi Saw telah terputus? Hal ini menurut sebagian dugaan mereka berdasarkan nash, surah Al-Ahzab 33:40. Benarkah demikian? Mari bersama-sama kita lihat surat tersebut. Al-Ahzab 33:40 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّينَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا "(Nabi) Muhammad bukanlah ayah dari seorang (lelaki) manapun di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha...

Follower

Cari Blog Ini