Tasawuf - Tazkiyah Annafs
Tasawuf sering kali disebut dengan "tazkiyatun nafs", yg dimaknai sebagai "pembersihan jiwa"
Secara etimologi apakah pemaknaan tersebut benar?
Zakat terambil dari asal kata yang sama.
Nash menyebutkan bahwa zakat berfungsi untuk menyucikan dan membersihkan (تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ).
Al-Qurtibu, seorang mufasir dan ahli bahasa menjelaskan bahwa kata dasar "zaka" (زكا) mencakup 2 makna utama:
- An-namā’ (النماء) – tumbuh dan bertambah, dan
- Az-ziyādah ma‘a al-khayr (الزيادة مع الخير) – pertambahan yang bernilai
Ini seketika menimbulkan paradoks makna, karena pada pelaksanaan zakat terdapat "pengurangan" (نقص) jumlah harta.
Lalu di mana letak "bertambah dan tumbuhnya"?
Secara linguistik ini bukan kontradiksi, sebab "pengurangan" (نقص) berlaku pada zat lahiriyah harta,
Sedangkan "pertumbuhan" dan "bertambah" (زكا) berlaku pada nilai eksistensialnya.
Maka pelaksanaan zakat mengurangi jumlah lahiriyah harta, tetapi pada saat yang sama menambah dan menumbuhkan nilai eksistensi dan nilai batiniyah si pemilik harta.
Ini sesuai redaksi ayat (تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ), di mana dhomir mukhatab "mereka" (هم) kembali pada pemilik harta (خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ).
Sehingga makna "penyucian" (تزكية) yang dimaksud adalah: "bertambah dan bertumbuh nilai spiritual", "Berkembangnya tahapan eksistensi diri" (nafs) para pelakunya.
Melalui Q.S At-Taubah 103, Allah Swt tengah menjamin, bahwa tiap hamba yang berderma melalui zakat "dengan benar", maka sebenarnya mereka "tengah menaiki tangga-tangga nafs" mereka sendiri.
Kembali kepada tasawuf, maka makna tazkiyah annafs bukanlah suatu keadaan diam seseorang pada suatu waktu.
Bukan "tempat berhenti pada suatu maqom". Ia bukan pula suatu akibat.
Namun, "tazkiyah" adalah suatu perbuatan, proses yang berjalan terus-menerus, usaha masa kini, upaya sungguh-sungguh untuk menambah nilai diri.
Gambaran tentang seseorang yang tengah meningkat, gigih melakukan pendakian menuju Tuhannya.
Wallahu a'lam
Komentar
Posting Komentar
Silakan mengisi komentar